Pengertian Kemalasan Sosial (Social Loafing), Karakteristik, Dimensi, Aspek, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Pengertian Kemalasan Sosial atau Social Loafing
Kemalasan Sosial (Social Loafing)

A. Pengertian Kemalasan (Loafing)
Istilah malas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu; segan; tidak suka; tidak bernafsu. Sementara kemalasan dalam KBBI memiliki arti perihal malas; sifat (keadaan) malas; malas yang berlebihan. Malas suatu kondisi di mana seseorang menghindari pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan dengan potensi diri dan energi yang dimilikinya. Jenis malas pun bermacam macam tergantung pencetusnya. Orang yang malas disebut dengan pemalas. Sifat malas sendiri terkait dengan perilaku menunda-nunda (Prokratisnasi) dan berdiam diri tanpa melakukan apapun (Idleness).

B. Pengertian Kemalasan Sosial (Social Loafing)
Kemalasan sosial (social loafing) adalah penurunan motivasi dan usaha individu bila bekerja secara kolektif dalam kelompok dibandingkan bekerja sendiri. Atau kecenderungan penurunan usaha atau kinerja individu akibat kehadiran orang lain atau bekerja dalam kelompok saat dalam kelompok dibandingkan saat bekerja sendiri atau independen.

Tokoh yang pertama kali memperkenalkan istilah social loafing adalah Latane, Williams & Harkins pada tahun tahun 1979 dalam jurnal psikology berjudul Many hands make light the work: The causes and consequences of social loafing.

Kemalasan Sosial (Social Loafing) Menurut Para Ahli
1. Karau dan Williams (1993), social loafing merupakan kecenderungan individu untuk mengurangi motivasi dan usahanya saat bekerja dalam kelompok atau secara kolektif dibandingkan saat bekerja sendiri. Mereka menurunkan usaha mereka karena yakin tugas tersebut juga dikerjakan oleh orang lain.
2. Baron dan Byrne (2004), social loafing adalah membiarkan orang lain melakukan pekerjaan saat menjadi bagian dari kelompok. Social loafing cukup umum terjadi dalam berbagai tugas, baik yang bersifat kognitif maupun yang melibatkan usaha fisik. Social loafing memiliki dampak negatif, terutama bagi organisasi maupun kelompok. Salah satu dampak negatif dari social loafing adalah berkurangnya performa kelompok (group performance).
3. Alnuaimi, Robert & Maruping (2009), social loafing merupakan masalah yang disebabkan karena kurangnya kontrol dan koordinasi dalam kelompok.
4. Ying, Li, Jiang, Peng, dan Lin (2014), social loafing juga diartikan sebagai kebiasaan individu berperilaku untuk melakukan kemalasan yang rentan terjadi saat bekerja dalam kelompok.
5. J. Clark dan Baker (dalam Zahra, 2016), kemalasan sosial (social loafing), yaitu tindakan individu untuk berperforma secara minimal di dalam kelompok dibanding dengan ketika bekerja sendiri.
6. Latané, Williams, & Harkins (dalam Zahra dkk, 2015), kemalasan sosial (social loafing) merupakan perilaku individu untuk mengurangi usaha ketika bekerja di dalam kelompok, yang mengakibatkan inefektivitas kelompok dalam mencapai tujuan.
7. Taylor, Pepalu & Sears (dalam Audi, 2014), perilaku kemalasan sosial yang dilakukan oleh individu dapat membuat anggota-anggota kelompok lainnya merasa dirugikan. Perasaan rugi ini dapat menjadi sumber konflik. Di dalam hubungan persahabatan, apabila terjadi konflik, pihak yang terlibat akan cenderung melakukan pengorbanan demi kebaikan hubungan persahabatannya

C. Karakteristik Kemalasan Sosial (Social Loafing)
Terdapat sejumlah besar karakteristik dari social loafing yang masuk pada kategori penyakit di antaranya,
1. Pelaku social loafing menyadari betul bahwa ia memiliki tanggungjawab dalam kelompok tapi lebih memilih untuk mengabaikan dengan alasan yang tidak penting.
2. Pelaku social loafing menyadari bahwa rekan sekelompoknya telah dan sedang berusaha keras menyelesaikan tugas kelompok.
3. Pelaku social loafing tidak mampu berkontribusi dengan alternatif lain dalam bentuk apapun, semisal empati, simpati, pujian, dukungan moril, dan lain sebagainya.

D. Dimensi Kemalasan Sosial (Social Loafing)
Menurut Latane, Williams & Harkins (1981), social loafing terdiri dari dua dimensi di antaranya,
1. Dilution Effect, di mana individu kurang termotivasi karena merasa kontribusinya tidak berarti atau menyadari bahwa penghargaan yang diberikan kepada tiap individu tidak ada.
2. Immediacy gap, di mana individu merasa terasing dari kelompok. Hal ini menandakan semakin jauh anggota kelompok dari anggotanya maka ia akan semakin jauh dengan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

E. Aspek Kemalasan Sosial (Social Loafing)
Terdapat beberapa aspek terjadinya social loafing atau kemalasan sosial menurut Myers (2012) di antaranya,
1. Menurunnya motivasi individu untuk terlibat dalam kegiatan kelompok, seseorang menjadi kurang termotivasi untuk terlibat atau melakukan suatu kegiatan tertentu pada saat orang tersebut berada dalam keadaan bersama-sama dengan orang lain. Mereka kurang termotivasi untuk terlibat dalam diskusi karena berada dalam lingkungan di mana ada orang lain yang mungkin mau melakukan respons yang kurang lebih sama terhadap stimulus yang sama.
2. Sikap pasif, anggota kelompok lebih memilih untuk diam dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk melakukan usaha kelompok.
3. Pelebaran tanggung jawab, usaha untuk mencapai tujuan kelompok merupakan usaha bersama yang dilakukan oleh para anggotanya.
4. Free ride atau mendompleng pada usaha orang lain, individu yang memahami bahwa masih ada orang lain yang mau melakukan usaha kelompok cenderung tergoda untuk mendompleng (free ride) begitu saja pada individu lain dalam melakukan usaha kelompok tersebut.
5. Penurunan kesadaran akan evaluasi dari orang lain, kemalasan sosial dapat juga terjadi karena dalam situasi kelompok terjadi penurunan pada pemahaman atau kesadaran akan evaluasi dari orang lain (evaluation apprehension) terhadap dirinya.

F. Penyebab Kemalasan Sosial (Social Loafing)
Terdapat sejumlah faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kemalasan sosial atau social loafing berdasarkan pendapat Latane, Williams dan Harkins (1979) di antaranya,
1. Atribusi dan Kesetaraan, proses atribusi dapat menyebabkan seorang individu melakukan kemalasan sebab mereka menganggap orang lain tak kompeten dan tak berguna mengeluarkan usaha yang lebih keras dari anggota kelompok yang lainnya.
2. Pengaturan Target tidak Maksimal, tujuan kelompok yang tak maksimal menyebabkan seseorang melakukan loafing karena menganggap kelompok akan mudah menyelesaikan tugas sehingga usaha anggota kelompok yang lain dianggap sudah cukup sehingga individu tidak perlu mengeluarkan usaha yang lebih banyak.
3. Kontingensi tidak Seimbang, seseorang melakukan kemalasan sebab adanya anggapan bahwa hasil yang ia peroleh dengan usaha yang ia lakukan tak sesuai akibat berada dalam kelompok.
4. Evaluasi Kelompok, seseorang individu cenderung akan melakukan kemalasan apabila dirinya atau orang lain tak melakukan evaluasi pada pekerjaannya.
5. Kohesi Kelompok, seorang individu yang berada dalam kelompok yang tidak kohesif akan cenderung melakukan kemalasan sebab antara anggota tak saling mengenal.
6. Distribusi Keadilan, anggapan seseorang yang menyatakan bahwa hasil kerja setiap anggota kelompok tak akan memperoleh penghargaan yang sama akan menyebabkan orang tersebut melakukan kemalasan dan akan mengurangi usaha mereka dalam kelompok.
7. Kolektivitas Individu, individu yang berasal dari budaya individualis cenderung akan melakukan social loafing dibandingkan individu yang berasal dari budaya kolektivis. Hal tersebut disebabkan karena individu dengan budaya kolektivis akan lebih berorientasi pada kelompok dan menempatkan tujuan kelompok sebagai hal yang penting.
8. Kinerja Rekan Kerja, seseorang akan melakukan kemalasan apabila ada anggapan bahwa ia tak perlu lagi bekerja keras sebab ia merasa dengan begitu usaha anggota kelompok yang lain akan tinggi.
9. Motivasi Berprestasi, seseorang dengan motivasi prestasi rendah akan cenderung melakukan kemalasan sebab motivasi merupakan hal yang perlu dimiliki agar tak melakukan kemalasan.
10. Ukuran Kelompok, dengan semakin besarnya jumlah anggota kelompok maka hal tersebut juga akan meningkatkan kecenderungan individu untuk melakukan kemalasan dan ia akan merasa kontribusinya terbagi dengan anggota lainnya.

G. Dampak Kemalasan Sosial (Social Loafing)
1. Dapat menimbulkan rasa iri, menurunkan potensi dan kohesivitas kelompok yang nantinya akan berpengaruh pada kepuasan, kehadiran dan performa kelompok
2. Hilangnya motivasi kerja anggota kelompok
3. Hilangnya kesempatan untuk melatih keterampilan dan pengembangan diri individu
4. Terhambatnya produktivitas individu akibat harus bekerja dalam kelompok

H. Cara Mengatasi Kemalasan Sosial (Social Loafing)
1. Lakukan evaluasi pada tugas setiap individu, karena dengan mengevaluasinya isa diketahui seberapa besar kontribusi seorang individu dalam kelompok.
2. Memberi pemahaman kepada anggota kelompok bahwa setiap tugas individu dalam kelompok itu penting dan berkontribusi bagi keberlangsungan kelompok.
3. Meningkatkan komitmen semua anggota dalam kelompok.

Berdasarkan pendapat Baron dan Byrne (2003) terdapat sejumlah kondisi yang meminimalisir terjadinya kemalasan sosial pada individu di antaranya,
1. Adanya penekanan usaha dan hasil individual dibanding kelompok
2. Memprediksi kinerja orang lain buruk
3. Berpandangan bahwa keikutsertaan individu dalam kelompok itu penting
4. Bekerja bersama orang yang menghargai kinerja orang lain
5. Setiap anggota kelompok menganggap tugas mereka penting bagi kelompok
6. Bekerja dalam kelompok kecil
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Kemalasan Sosial (Social Loafing), Karakteristik, Dimensi, Aspek, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya"