Pengertian Analisis Wacana Kritis, Konsep, Sejarah, Asumsi, Prinsip, Karakteristik, Kriteria, dan Pendekatannya

Table of Contents
Pengertian Analisis Wacana Kritis
Analisis Wacana Kritis

A. Pengertian Analisis Wacana Kritis

Analisis wacana kritis mengambil posisi melawan arus dominasi dalam kerangka besar untuk melawan ketidakadilan sosial. Analisis wacana kritis adalah pendekatan konstruktivis sosial yang meyakini bahwa representasi dunia bersifat linguistis diskursif, makna bersifat historis dan pengetahuan diciptakan melalui interaksi sosial.

Demikian, analisis wacana kritis merupakan sebuah upaya atau proses (penguraian) untuk memberi penjelasan dari sebuah teks (realitas sosial) yang mau atau sedang dikaji oleh seseorang atau kelompok dominan yang kecenderungannya mempunyai tujuan tertentu untuk memperoleh apa yang diinginkan. Artinya, dalam sebuah konteks harus disadari akan adanya kepentingan.

Analisis wacana kritis atau critical discourse analysis mewakili beragam teori, metodologi, dan definisi yang meliputi konsep-konsep teori wacana dan teori kritis yang menyarankan suatu metode untuk mengungkap hubungan di antara berbagai perspektif. Analisis wacana kritis atau critical discourse analiysis (CDA) adalah studi tentang teks, ujaran atau bicara, dan gambar-gambar visual untuk menemukan atau mengungkapkan berbagai makna yang dibagikan serta berkontribusi atau mewakili struktur-struktur sosial dan ideologi.

Analisis Wacana Kritis Menurut Para Ahli

1. Teun A. van Dijk (1998), analisis wacana kritis adalah suatu pendekatan studi tentang teks dan ujaran, yang muncul dari linguistik kritis, semiotika kritis dan secara umum dari sosio-politik dan merupakan cara yang berbeda untuk menginvestigasi bahasa, wacana, dan komunikasi.
2. Norman Fairclough (1993), analisis wacana kritis adalah analisis wacana yang bertujuan untuk (a) mengeksplorasi secara sistematis hubungan antara kausalitas dan determinasi di antara praktek-praktek diskursif, kejadian-kejadian dan teks; (b) struktur sosial yang lebih luas dan struktur budaya, relasi, dan proses; (c) untuk menginvestigasi bagaimana praktek-praktek, kejadian, dan teks berkembang di luar dan secara ideologis dibentuk oleh relasi kekuatan dan bertahan dari kekuasaan; dan (d) untuk mengeksplorasi bagaimana opasitas hubungan antara wacana dan masyarakat sendiri adalah sebuah faktor mengamankan kekuasaan dan hegemoni.

B. Konsep Analisis Wacana Kritis

1. Wacana, wacana dibedakan dari teks khususnya gambar-gambar, tulisan-tulisan, dan utterances. Wacana adalah sebuah bentuk keseluruhan dari pengetahuan dan sebuah arena yang tidak membatasi ekspresi yang pasti. Menurut Michel Foucault, penggunaan bahasa dan kata-kata ditentukan melalui  discursive formations yaitu berbagai macam konvensi dan aturan yang bersifat memaksa pengetahuan dan makna kita terhadap berbagai macam hal. Wacana adalah sebuah wilayah di mana hubungan sosial, praktek-praktek sosial, dan perilaku-perilaku sosial dibentuk dan dikelola.
2. Kritis, adalah aspek dari analisis wacana kritis yang merupakan ciri adanya kekhawatiran tentang menisfestasi kekuasaan dan kerja ideologi. Kekawatiran ini dapat kita telusuri melalui hasil kerja kaum Marxis dan pengaruh dari peneliti aliran Frankfrut yang berpendapat bahwa ideologi-ideologi yang pasti dikirimkan melalui teks dan bentuk-bentuk budaya.
3. Ideologi dan Kekuatan, ideologi adalah konsep penting dalam analisis wacana kritis karena melalui ideologilah kekuatan dan ketidaksetaraan dikelola. Produksi tekstual dan penerimaan merupakan proses-proses sosial. Makna teks selalu di-encode di dalam kekuatan, meskipun makna-makna dan efek bahasa juga menghasilkan negosiasi antara produser, konsumen, dan konteks sosial/budaya yang lebih luas. Teks dapat terbuka bagi kontestasi beberapa macam individu dan kelompok (produser dan penerima pesan) untuk mempertahankan makna dan efek. Peran dari ideologi adalah menaturalisasi struktur-struktur dominan sehingga proses pembentukan makna dan pembentukan sosial menjadi kabur.

C. Sejarah Analisi Wacana Kritis

Analisis wacana kritis berawal dari munculnya konsep analisis bahasa kritis (Critical Language Awareness) dalam dunia pendidikan barat. Analisis wacana kritis merupakan kelanjutan atau bahkan bagian dari analisis wacana (Discourse Analysis). Kajian analisis wacana (Discourse Analysis) ini begitu luas baik dari segi cakupannya, metodologinya, maupun pemaknaannya.

Analisis wacana kritis mempunyai ciri yang berbeda dari analisis wacana yang bersifat “non-kritis”, yang cenderung hanya mendeskripsikan struktur dari sebuah wacana. Analisis ini bertindak lebih jauh, di antaranya dengan menggali alasan sebuah wacana memiliki struktur tertentu, yang pada akhirnya akan berujung pada analisis hubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut. Analisis ini juga merupakan kritik terhadap linguistik dan sosiologi.

Analisis wacana kritis menyediakan teori dan metode yang bisa digunakan untuk melakukan kajian empiris tentang hubungan-hubungan antara wacana dan perkembangan sosial dan kultural dalam domain-domain sosial yang berbeda. Untuk menganalisis wacana, yang salah satunya bisa dilihat dalam area linguistik, yaitu dengan memperhatikan kalimat-kalimat yang terdapat dalam teks novel yang bisa menggunakan teori analisis wacana kritis.

D. Asumsi Analisis Wacana Kritis

Pada hakikatnya, analisis wacana kritis membawa beragam teori untuk fokus pada aspek-aspek mikro wacana atau aspek-aspek makro struktur sosial.
1. Pada aspek mikro wacana, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa kekuatan manifestasi di dalam penggunaan berbagai pola kata-kata dan gambar-gambar. Setiap individu berpartisipasi dalam proses pembentukannya melalui penggunaan bahasa. Aspek mikro wacana meliputi kata-kata, kalimat-kalimat, dan gambar-gambar.
2. Pada aspek makro struktur sosial, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa identitas kita dibentuk di dalam dan melalui cara-cara kita memproduksi dan mengonsumsi wacana-wacana. Bahasa membentuk dunia sosial dan budaya kita.

Janet M. Cramer (2009), melalui kedua konteks di atas, analisis wacana kritis mengasumsikan bahwa berbagai struktur sosial, budaya, identitas, dan kekuasaan bersifat tidak tetap, dalam artian perubahan dalam penggunaan bahasa dapat merubah apa yang telah dibentuk. Perubahan sosial inilah yang merupakan tujuan dari analisis wacana kritis. Analisis wacana kritis menitikberatkan pada studi dan analisis tentang bagaimana kekuatan hubungan, ketidaksetaraan, dan dominansi diciptakan dan diabadikan melalui wacana dalam berbagai konteks politis, sosial, dan historis.

E. Prinsip Analisis Wacana

Terlepas dari berbagai pendekatan interdisipliner, analisis wacana kritis disatukan dengan beberapa prinsip-prinsip dasar sebagaimana yang telah  diidentifikasi oleh Ruth Wodak dan Norman Fairclough di antaranya,
1. Orientasi terhadap masalah-masalah sosial seperti rasisme, seksisme, dan perubahan sosial.
2. Ekletisisme dalam teori dan metode.
3. Investasi “dari dalam” yang berarti bahwa analisis dimulai dengan artifak tekstualnya yang pertama daripada membuat data sesuai dengan teori.
4. Pertimbangan hubungan intertekstual dan interdisipatif.
5. Sebuah akuntansi konteks historis.
6. Spesifikasi metode analisis yang tepat yang digunakan dalam penelitian tertentu (karena pendekatan ekletik).
7. Penerapan hasil analisis-analisis sering menuju tujuan mengubah praktik diskursif dan sosial yang menindas.

F. Karakteristik Analisis Wacana

1. Tindakan, ada beberapa konsekuensi dalam memandang wacana.
a. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, seperti untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan sebagainya. Seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil.
b. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.

2. Konteks, ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana.
a. Pertama, Partisipan wacana, yaitu latar yang memproduksi wacana tersebut, seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama, dan banyak hal yang relevan dalam menggambarkan wacana.
b. Kedua, latar sosial tertentu seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana
 
3. Historis, salah satu aspek terpenting untuk bisa mengerti sebuah teks adalah menempatkan teks tersebut sesuai dengan posisinya di dalam sejarah.
4. Kekuasaan, kekuasaan menerapkan pengendalian terhadap satu orang atau kelompok mengendalikan orang atau kelompok lain lewat wacana. Pengendalian di sini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung, tetapi juga secara mental dan psikis.
5. Ideologi, ideologi dari kelompok dominan hanya efektif apabila masyarakat tersebut memandang ideologi yang disampaikan sebagai suatu kebenaran dan kewajaran. Ideologi membuat anggota suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi dalam kelompok.

G. Kriteria Analisis Wacana Kritis

Bekerja dengan analisis wacana kritis umumnya dicirikan dengan berbagai kriteria di antaranya,
1. Analisis wacana kritis berorientasi pada masalah atau isu, bukan pada paradigma. Beberapa pendekatan teoritis dan metodologis sesuai selama dapat secara efektif mempelajari masalah-masalah sosial yang relevan seperti seksisme, rasisme, kolonialisme, dan bentuk ketidaksetaraan sosial lainnya.
2. Analisis wacana kritis tidak bercirikan sebuah aliran, kajian, atau subdisiplin analisis wacana, namun secara eksplisist merupakan sebuah pendekatan kritis, posisi, atau dasar yang mempelajari teks dan ujaran atau bicara.
3. Dalam rangka untuk mempelajari masalah-masalah sosial atau isu-isu secara cukup, analisis wacana kritis bekerja secara inter- atau multidisiplin, dan khususnya menitikberatkan pada hubungan antara wacana dan masyarakat (termasuk kognisi sosial, politik, dan budaya).
4. Secara historis dan sistematis, analisis wacana kritis adalah bagian dari spektrum studi budaya yang luas dalam ilmu humanis dan ilmu sosial seperti sosiologi, psikologi, penelitian komunikasi massa, literasi hukum, dan ilmu politik.
5. Studi analisis wacana kritis memberikan perhatian kepada semua tingkatan dan dimensi wacana seperti tata bahasa (fonologi, sintaks, semantik), gaya, retoris, skema organisasi, tindakan ujaran, strategi pragmatis, dan interaksi di antara yang lainnya.
6. Beberapa studi dalam analisis wacana kritis yang tidak terbatas pada pendekatan wacana verbal namun juga memberikan perhatian pada dimensi-dimensi semiotika lainnya (gambar, film, suara, musik, gesture, dan lain-lain) dari berbagai kejadian komunikatif.
7. Ketika mempelajari peran wacana dalam masyarakat, analisis wacana kritis menitikberatkan secara khusus pada hubungan kekuatan, dominasi, dan ketidaksetaraan dan cara bagaimana ketiganya direproduksi atau ditolak oleh anggota kelompok sosial melalui teks dan ujaran.
8. Analisis wacana kritis banyak yang terkait secara diskursif melegitimasi berbagai struktur dan strategi dominasi dan penolakan dalam hubungan sosial seperti kelas, gender, etnik, ras, orientasi seksual, bahasa, religi, usia, atau kebangsaan.
9. Analisis wacana kritis banyak yang terkait dengan ideologi yang memainkan peran reproduksi atau penolakan melawan dominasi atau ketidaksetaraan.
10. Di antara tujuan-tujuan yang bersifat deskriptif, eksplanatori, dan praktis, analisis wacana kritis mencoba untuk mengungkapkan apa yang secara implisit tersembunyi atau dengan kata lain tidak terlihat secara segera dalam hubungan diskursif . Karena itu, secara khusus analisis wacana kritis menekankan pada strategi manipulasi, legitimasi, konsent manufaktur, dan cara-cara diskursif lainnya untuk mempengaruhi pikiran (dan secara tidak langsung terhadap tindakan) orang dalam minatnya pada kekuatan penuh.
11. Percobaan untuk menemukan diskursif berarti kontrol mental dan pengaruh sosial berimplikasi pada sebuah pendirian kritis dan oposisi untuk melawan kekuatan dan kaum elite khususnya mereka yang menyalahgunakan kekuatan.
12. Di lain pihak, kajian dalam analisis wacana kritis mencoba untuk memformulasi seluruh sudut pandang atau perspektif solidaritas dengan kelompok dominan.

H. Pendekatan Analisis Wacana Kritis

Terdapat beberapa pendekatan dalam analisis wacana kritis yang diungkapkan oleh beberapa ahli di antaranya,
1. Pendekatan Norman Fairclough, dalam pendekatan analisis wacana kritis Fairclough, terdapat 3 (tiga) tingkatan analisis yaitu teks, proses produksi dan menerima teks, dan konteks sosial yang lebih besar di mana teks diciptakan dan dikonsumsi.
a. Teks
b. Proses produksi (membuat, menulis, berbicara) dan menerima (membaca, mendengar, menafsirkan) teks (yang disebut dengan praktek-praktek diskursif)
c. Konteks sosial yang lebih besar di mana teks diciptakan dan dikonsumsi

Teks melakukan aspek ideasional dan interpersonal yang diidentifikasi oleh Halliday yaitu mereka menyampaikan representasi tertentu dari dunia dan membangun hubungan antar peserta. Selain itu, mereka menyediakan blok bangunan untuk konstruksi identitas, baik dalam cara orang mengidentifikasi diri mereka sendiri dan bagaimana mereka diidentifikasi oleh orang lain. Praktik diskursif mengacu pada peraturan dan konvensi yang dengannya teks diproduksi dan dikonsumsi.

2. Pendekatan Ruth Wodak
Pendekatan analisis wacana kritis yang digagas oleh Ruth Wodak disebut juga dengan wacana sosiolinguistik yang didasarkan pada tradisi sosiolinguistik Bernsteinian, aliran Frankfrut khususnya Jurgen Habermas.  Menurutnya, wacana sosiolinguistik adalah sosiolinguistik yang tidak hanya secara eksplisit didedikasikan untuk mempelajari teks dalam konteks, namun juga berbagai faktor lainnya yang memiliki kepentingan yang setara.

Wacana sosiolinguistik adalah sebuah pendekatan yang memiliki kapabilitas dalam mengidentifikasi dan menggambarkan mekanisme-mekanisme yang berkontribusi pada wacana yang melekat dalam konteks khusus seperti struktur dan fungsi media  atau institusi seperti rumah sakit dan lain-lain yang tidak dapat menghindari dampak komunikasi.

3. Pendekatan Teun A. van Dijk
Teun A. van Dijk adalah satu di antara para praktisi analisis wacana kritis yang paling sering menjadi rujukan berbagai penelitian dalam wacana media.  Pada intinya, ia memandang analisis wacana sebagai analisis ideologi karena menurutnya, ideologi secara khusus namun tidak ekslusif diekspresikan dan diproduksi dalam wacana dan komunikasi termasuk pesan-pesan nonverbal dalam semiotika seperti gambar, fotografi, dan film.

Pendekatannya dalam menganalisis berbagai ideologi memiliki 3 (tiga) bagian yaitu analisis sosial (menyelidiki keseluruhan struktur-struktur sosial atau disebut juga dengan konteks), analisis kognitif, dan analisis wacana utamanya berdasarkan teks (sintak, leksikon, semantik lokal, tema, struktur-struktur skematik).
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment