Pengertian Human Instrumen, Ciri, dan Kelemahannya

Table of Contents
Pengertian Human Instrumen
Human Instrumen

A. Pengertian Human Instrumen

Istilah human instrumen dalam penelitian kualitatif memiliki arti bahwa dalam penelitian kualitatif si peneliti sendiri yang bertindak selaku instrumen penelitian, artinya manusia sebagai  instrumen kunci adalah peneliti sebagai pengumpul data utama. Hal ini dimungkinkan karena dalam penelitian kualitatif, data masih belum diketahui, sumber data belum terindentifikasi secara jelas/pasti, dan cara-cara menggali data belum diketahui, baik dalam mengeksploitasi maupun mengungkap data sehingga keberadaan alat pengumpul data pokok betul-betul sangat dibutuhkan.

Tentunya dalam posisi ini keterampilan mengambil data sangat diperlukan oleh peneliti. Dengan begitu, berhasil atau tidaknya penelitian ini lebih bergantung pada kemampuan peneliti dalam pengumpulan data. Peneliti kualitatif memiliki keleluasaan yang bertanggung jawab untuk mengembangkan penelitian berdasarkan etika dan kemungkinan dan kondisi lokasi lapangan yang memiliki judgement yang tepat untuk menilai, apakah rancangan penelitian kualitatif tersebut perlu direvisi sesuai dengan kondisi lokasi lapangan atau data eksplorasi unit analisisnya yang harus disesuaikan dengan rancangan penelitian tersebut.

B. Ciri Khusus Manusia sebagai Human Instrumen

Humen Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah manusia (peneliti) itu sendiri dengan ciri-ciri khusus di antaranya,
1. Peneliti sebagai alat, peka, dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakan memiliki makna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus. Tidak ada alat peneliti lain, seperti yang digunakan dalam penelitian kualitatif, yang dapat menyesuaikan diri dengan bermacam-macam situasi serupa itu. Suatu tes hanya cocok untuk mengukur variabel tertentu, tetapi tidak dapat dipakai untuk mengukur bermacam-macam variabel lainya.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat mengungkapkan keseluruhan situasi, kecuali manusia. Hanya manusia sebagai instrumen yang dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata, untuk memahaminya peneliti harus merasakan dan menyelaminya berdasarkan penghayatan mereka sebagai peneliti.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Sebagai peneliti dapat menafsirkan lalu melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan dan melakukan testing hipotesis yang ditimbulkan seketika.
6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan dan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera menggunakannya sebagai timbal balik untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan, atau penolakan.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan tes atau angket yang bersifat kualitatif, yang diutamakan adalah respons yang dapat dikuantitatifkan agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respons aneh, yang menyimpang, justru diberi perhatian.

C. Kelemahan Human Instrumen

Kelemahan metode ini adalah peneliti tidak dapat berada pada dua situasi berbeda, terlebih jika situasi tersebut sangat penting bagi penelitian yang sedang dilaksanakan. Meski dengan menyiasatinya, peneliti dapat menggunakan bantuan teman ataupun kelompok lainnya untuk membantu mengadakan pengambilan data dalam penelitiannya. Hal ini juga tidak dapat mengatasi kelemahan tersebut.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment