Pengertian Transvestisme (Cross-Dressing)

Table of Contents
Pengertian Transvestisme atau Cross Dressing
Transvestisme (Cross-Dressing)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) transvestisme adalah kecenderungan berpakaian dan bertingkah laku seperti lawan jenisnya. Transvestit adalah perilaku deviasi seksual pada seseorang yang ditunjukkan dengan mengenakan pakaian lawan jenis (Inggris cross-dressing) karena dorongan dalam dirinya agar dianggap oleh orang lain sebagai dari jenis kelamin yang berbeda.

Transvestisme secara harfiah diartikan sebagai praktik atau perilaku mengadopsi gaya berpakaian atau peran seksual lawan jenis. Hal ini erat kaitannya dengan aktivitas seksual yang hanya bisa dipuaskan jika seseorang mengenakan pakaian tertentu. Transvestisme merupakan salah satu bentuk dari penyimpangan seksual. Kondisi ini juga disebut dengan istilah paraphilia atau parafilia.

Transvestisme termasuk salah satu dari banyaknya gangguan jiwa. Gangguan ini menyebabkan seseorang di mana lebih sering laki-laki dibanding perempuan mengenakan pakaian lawan jenis, bahkan berdandan untuk menyerupainya. Hal itu dilakukan sebagai usaha untuk mendapatkan kepuasan seksual. Namun umumnya, pengidap gangguan ini merupakan heteroseksual.

Hingga kini, masih belum diketahui secara pasti mengapa seseorang bisa mengalami kondisi ini. Umumnya, kesukaan untuk melakukan crossdressing sudah ada sejak pengidapnya masih anak-anak atau remaja. Sebagian besar dari pengidap transvestisme mulanya hanya mencoba-coba, tetapi pada akhirnya menemukan kepuasan saat melakukan cross-dressing.

Semakin dewasa, kebiasaan itu masih terus dilakukan, bahkan seakan menjadi keharusan. Uniknya, sebagian besar orang yang melakukan crossdressing tidak menyadari dan tidak mengetahui kenapa rasa senang itu bisa muncul. Seseorang bisa dinyatakan mengalami transvestisme saat mengalami gairah seksual yang kuat dan gigih saat berfantasi atau saat melakukan crossdressing.

Fantasi dan keinginan tersebut setidaknya sudah berlangsung dalam waktu lama, setidaknya enam bulan dan memicu pengidapnya mengalami gejala disfungsi di bidang sosial atau pekerjaan. Pengidap kelainan ini juga sering merasa tertekan dan sangat terdorong untuk melakukan crossdressing saat berhubungan intim.

Namun perlu diingat, transvestisme berbeda dengan transeksual atau transgender, yaitu kondisi di mana seseorang merasa terperangkap di tubuh lawan jenis dan ingin mengubah bentuk tubuh hingga jenis kelamin. Pengidap transvestisme tidak memiliki keinginan untuk mengubah kelamin. Meski begitu, transvestisme tetaplah bentuk dari penyimpangan dan tidak wajar.

Fenomena transvestit biasa ditemui dalam masyarakat dan disebut sebagai banci, wadam, atau orang papak. Populasi transvestit pria lebih terlihat dan kadang-kadang disebut “waria”, dan membentuk sub-kultur yang terpaksa mencari nafkah sebagai pengamen dan pekerja seks komersial karena mereka tidak diterima oleh masyarakat umum. Banyak transvestit yang memilih untuk memakai implan payudara juga menyuntikkan asupan hormon wanita untuk mencegah pertumbuhan rambut dan lain-lain. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment