Pengertian Pedofilia, Etimologi, Sejarah, Penyebab, Gejala, dan Cirinya

Pengertian Pedofilia
Pedofilia

A. Pengertian Pedofilia
Pedofilia adalah kelainan psikoseksual, di mana orang dewasa atau remaja memiliki preferensi seksual terhadap anak-anak praremaja. Gangguan ini juga dianggap sebagai parafilia, yang adalah sekelompok gangguan yang didefinisikan sebagai aktivitas seksual yang abnormal. Dari sudut medis, pedofilia didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 18 atau lebih tua) biasanya ditandai dengan suatu kepentingan seksual primer atau eksklusif pada anak prapuber.

Pedofilia merupakan gangguan seksual yang berupa nafsu seksual terhadap remaja atau anak-anak di bawah usia 14 tahun. Orang yang mengidap pedofilia disebut pedofil. Seseorang bisa dianggap pedofil jika usianya minimal 16 tahun. Menurut media massa, pedofilia lebih dikenal sebagai aksi pelecehan anak. Pedofilia sebagai gangguan atau kelainan jiwa, memicu seseorang untuk bertindak dengan menjadikan anak-anak sebagai instrumen atau sasaran dari tindakan itu. Umumnya bentuk tindakan itu berupa pelampiasan nafsu seksual.

Keintiman seksual dicapai melalui manipulasi alat genital anak-anak atau melakukan penetrasi penis sebagian atau keseluruhan terhadap alat genital anak. Sering juga anak-anak dipaksakan melakukan relasi oral genital atau anal genital. Kebanyakan kaum pedofilis adalah pria, tetapi dalam pemusatan hasrat erotisnya sering juga melibatkan anak perempuan. Ketika fantasi atau tindakan seksual melibatkan seorang anak atau lebih, sebagai cara yang lebih disukai untuk mencapai gairah dan kepuasan seksual bagi seseorang, maka orang itu dianggap sebagai pedofil.

Preferensi pedofil dapat bervariasi dari orang ke orang. Beberapa individu tertarik terhadap anak laki-laki dan perempuan, beberapa tertarik hanya terhadap satu jenis kelamin, ada juga yang tertarik pada anak dan orang dewasa sekaligus. Perilaku seksual yang terkait pedofilia juga bervariasi, ada yang melakukan kejahatan dan ada juga pedofil yang menahan diri dan menghindari kejahatan terlepas dari gangguan mental yang dimilikinya.

Beberapa paedofil membatasi perilaku mereka hanya dengan cara mengekspos diri di depan anak-anak. Tapi, ada juga yang melakukan sesuatu yang lebih jauh, misalnya seks oral atau seks genital penuh. Tidak ada pedofil yang khas. Pedofil bisa muda, tua, pria atau wanita. Biasanya, pedofil tidak memilih anak-anak yang asing sebagai korbannya. Mereka cenderung memilih anak yang sudah mereka kenal, baik itu keluarga, tetangga, anggota tim atau komunitas yang diikuti juga oleh si pedofil dan lain sebagainya.

Pedofilia pertama kali secara resmi diakui dan disebut pada akhir abad ke-19. Sebuah jumlah yang signifikan di daerah penelitian telah terjadi sejak tahun 1980-an. Saat ini, penyebab pasti dari pedofilia belum ditetapkan secara meyakinkan. Penelitian menunjukkan bahwa pedofilia mungkin berkorelasi dengan beberapa kelainan neurologis yang berbeda, dan sering bersamaan dengan adanya gangguan kepribadian lainnya dan patologi psikologis. Dalam konteks psikologi forensik dan penegakan hukum, berbagai tipologi telah disarankan untuk mengategorikan pedofil menurut perilaku dan motivasinya.
 
B. Etimologi Pedofilia
Kata pedofilia berasal dari bahasa Yunan paidophilia (παιδοφιλια)—pais (παις, "anak-anak") dan philia (φιλια, "cinta yang bersahabat" atau "persahabatan". Di zaman modern, pedofil digunakan sebagai ungkapan untuk "cinta anak" atau "kekasih anak" dan sebagian besar dalam konteks ketertarikan romantis atau seksual.
1. Infantofilia, atau nepiofilia, digunakan untuk merujuk pada preferensi seksual untuk bayi dan balita (biasanya umur 0-3).
2. Pedofilia digunakan untuk individu dengan minat seksual utama pada anak-anak prapuber yang berusia 13 atau lebih muda.
3. Hebephilia didefinisikan sebagai individu dengan minat seksual utama pada anak prapubertas yang berusia 11 hingga 14 tahun.

C. Sejarah Pedofilia
Istilah erotika pedofilia diciptakan pada tahun 1886 oleh psikiater asal Wina, Richard von Krafft-Ebing dalam tulisannya Psychopathia Sexualis. Istilah ini muncul pada bagian yang berjudul "Pelanggaran Individu Pada Abad Empat belas," yang berfokus pada aspek psikiatri forensik dari pelanggar seksual anak pada umumnya. Krafft-Ebing menjelaskan beberapa tipologi pelaku, membagi mereka menjadi asal usul psikopatologis dan non-psikopatologis, dan hipotesis beberapa faktor penyebab yang terlihat yang dapat mengarah pada pelecehan seksual terhadap anak-anak.
 
Pada tahun 1908, neuroanatomis dan psikiater asal Swiss, Auguste Forel menulis tentang fenomena tersebut, mengusulkan bahwa hal itu disebut sebagai "Pederosis," pada "Nafsu Seksual pada Anak." Mirip dengan karya Krafft-Ebing, Forel membuat perbedaan antara pelecehan seksual insidentil oleh orang dengan demensia dan kondisi otak organik, dan keinginan seksual yang benar-benar istimewa dan kadang-kadang eksklusif pada anak-anak. Namun, ia tidak setuju dengan Krafft-Ebing di mana bahwa ia merasakan kondisi yang kedua adalah terutama tertanam dan tak berubah.

Istilah "pedofilia" menjadi istilah yang berlaku umum pada kondisi dan dilihat penerapan secara luas pada awal abad 20, muncul di mana banyak dalam kamus medis populer seperti Stedman Edisi ke-5. Pada tahun 1952, itu termasuk dalam edisi pertama Diagnostik Manual dan Statistik Gangguan Mental.

D. Penyebab Pedofilia
Penyebab pedofilia masih belum dapat diketahui dengan jelas karena penyakit psikologis ini baru belakangan ini dipelajari lebih lanjut. Kesulitan untuk menentukan penyebab yang pasti juga didasari oleh perbedaan karakteristik dan latar belakang pada setiap orang. Akan tetapi, beberapa faktor di bawah ini dapat mempengaruhi munculnya gangguan pedofilia di antaranya,
1. Pernah mengalami pelecehan seksual pada masa kanak-kanak
2. Gangguan perkembangan saraf, otak, atau kelainan pada hormon
3. Pernah mengalami cedera kepala serius sebelum usia 6 tahun
4. Memiliki ibu dengan riwayat gangguan psikiatri
5. Memiliki IQ rendah

E. Gejala Pedofilia
1. Memiliki khayalan, dorongan seksual, atau perilaku yang mengarah pada kecenderungan preferensi seksual dengan anak-anak yang belum memasuki pubertas. Biasanya orang dengan pedofilia tertarik kepada anak-anak berusia 13 tahun ke bawah.
2. Khayalan, dorongan, dan perilaku seksual terhadap anak-anak tersebut dirasakan secara intens dan muncul berulang-ulang selama minimal 6 bulan. Dorongan seksual terhadap anak-anak tersebut juga dirasakan lebih besar dibandingkan dorongan seksual terhadap orang dewasa.
3. Melakukan tindakan yang berhubungan dengan dorongan seksual tersebut. Jika belum sampai pada melakukan tindakan, maka khayalan atau dorongan seksualnya akan menimbulkan masalah interpersonal.
4. Seseorang yang merasakan gejala-gejala tersebut harus berusia minimal 16 tahun dan paling tidak memiliki perbedaan usia 5 tahun dengan anak yang disukai.

F. Ciri Pedofilia
Meskipun tidak ada stereotip pedofil yang khas, para pedofil memiliki beberapa karakteristik umum di antaranya,
1. Memiliki fantasi keinginan atau perilaku seksual terhadap anak-anak
2. Lebih ditemani oleh anak-anak, merasa lebih nyaman berada di sekitar anak-anak
3. Biasanya pedofil adalah orang yang populer dan sangat disukai di kalangan anak-anak dan orang dewasa di lingkungannya
4. Biasanya, namun tidak selalu, pedofil adalah pria, maskulin dan berusia 30-an
 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Pedofilia, Etimologi, Sejarah, Penyebab, Gejala, dan Cirinya"