Pengertian Iklim, Sejarah, Unsur, Sifat, Klasifikasi, dan Dampak Perubahan Iklim

Pengertian Iklim
Iklim
A. Pengertian Iklim
Istilah iklim menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan, dan sinar matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama (30 tahun) di suatu daerah. Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau planet lain. Beberapa variabel meteorologis yang biasanya diukur adalah suhu, kelembapan, tekanan atmosfer, angin, dan curah hujan.

Iklim dari bahasa Inggris berasal dari kata Yunani Kuno klima, yang berarti kecenderungan. Biasanya didefinisikan sebagai cuaca rata-rata selama periode yang panjang. Periode rata-rata standar adalah 30 tahun,  tetapi periode lain dapat digunakan tergantung pada tujuannya. Iklim juga mencakup statistik selain rata-rata, seperti besarnya variasi harian atau tahun-ke-tahun. Iklim dapat diklasifikasikan sesuai dengan rata-rata dan kisaran dari berbagai variabel, biasanya suhu dan curah hujan.

Klasifikasi yang paling umum digunakan adalah klasifikasi iklim Köppen. Sistem Thornthwaite, yang digunakan sejak tahun 1948, menggabungkan evapotranspirasi dengan informasi suhu dan curah hujan untuk kemudian digunakan dalam mempelajari keanekaragaman hayati dan bagaimana perubahan iklim memengaruhinya. Sistem Klasifikasi Sinoptik Bergeron dan Spasial berfokus pada asal usul massa udara yang menentukan iklim suatu wilayah.

Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu tempat di bumi menimbulkan musim, yang membedakan iklim satu dengan yang lain. Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.  Berdasarkan posisi relatif suatu tempat di bumi terhadap garis khatulistiwa dikenal kawasan-kawasan dengan kemiripan iklim secara umum akibat perbedaan dan pola perubahan suhu udara, yaitu kawasan tropika (23,5°LU-23,5°LS), subtropika (23,5°LU-40°LU dan 23°LS-40°LS), sedang (40°LU-66,5°LU dan 40°LS-66,5°LS), dan kutub (66,5°LU-90°LU dan 66,5°LS-90°LS).

Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menjelaskan iklim "normal" sebagai titik acuan yang digunakan oleh pakar iklim untuk membandingkan perkembangan iklim saat ini dengan masa lalu atau yang dianggap 'normal'. Sebuah iklim normal didefinisikan sebagai rata-rata aritmatika dari elemen iklim (misalnya suhu) selama periode 30 tahun. Periode 30 tahun digunakan, karena cukup lama untuk menyaring variasi anomali antar anomali, tetapi juga cukup pendek untuk dapat menunjukkan perkembangan iklim yang lebih lama.  

WMO yang membentuk komisi teknis untuk klimatologi pada tahun 1929. Pada tahun 1934, Wiesbaden memenuhi komisi teknis yang menetapkan periode tiga puluh tahun dari 1901 hingga 1930 sebagai referensi waktu untuk normals standar klimatologis. Pada tahun 1982 WMO setuju untuk memperbarui normals iklim, dan ini kemudian diselesaikan berdasarkan data iklim dari 1 Januari 1961 hingga 31 Desember 1990.

Pengertian Iklim Menurut Para Ahli
1. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) 2001, iklim dalam arti sempit biasanya didefinisikan sebagai "cuaca rata-rata," atau lebih tepatnya, sebagai deskripsi statistik dalam hal rata-rata dan variabilitas jumlah yang relevan selama periode mulai dari berbulan-bulan hingga ribuan atau jutaan tahun. Periode klasik adalah 30 tahun, sebagaimana didefinisikan oleh World Meteorological Organization (WMO). Kuantitas variabel permukaan yang paling sering digunakan seperti suhu, curah hujan, dan angin. Iklim dalam arti yang lebih luas adalah negara, termasuk deskripsi statistik, dari sistem iklim.
2. World Climate Conference (1979), iklim adalah  suatu Sintesis kejadian suatu cuaca selama jangka waktu yang lama atau panjang, yang secara statistik cukup untuk digunakan sebagai menunjukkan suatu nilai statistik yang berbeda dengan sebuah keadaan di setiap saatnya.
3. Glenn T. Trewartha (1980), iklim adalah suatu Konsep abstrak yang menyatakan suatu kebiasaan cuaca dan juga sebuah unsur-unsur atmosfer pada sebuah daerah selama jangka waktu yang lama.
4. Gibbs (1978), iklim merupakan suatu peluang statistik dalam berbagai keadaan atmosfer, antara lain yaitu suhu, tekanan, angin kelembaban, yang terjadi pada suatu daerah selama dalam jangka waktu yang panjang.

B. Sejarah Iklim
Kemunculan istilah Iklim tidak dapat dipisahkan dari Paleoklimatologi. Paleoklimatologi adalah studi tentang iklim kuno. Karena pengamatan langsung iklim tidak tersedia sebelum abad ke-19, paleoklimat disimpulkan dari variabel proksi iklim yang mencakup bukti non-biotik seperti endapan yang ditemukan di dasar danau dan inti es, dan bukti biotik seperti cincin pohon dan karang. Model iklim adalah model matematika dari iklim masa lalu, sekarang, dan masa depan.

Perubahan iklim dapat terjadi dalam rentang waktu yang panjang dan pendek dari berbagai faktor di antaranya pemanasan baru-baru ini dibahas dalam pemanasan global. Pemanasan global menghasilkan redistribusi. Sebagai contoh, perubahan 3 ° C dalam suhu tahunan rata-rata sesuai dengan pergeseran isoterm sekitar 300-400 km di garis lintang (di zona beriklim) atau ketinggian 500 m. Dalam menyikapi pergeseran zona iklim, setiap spesies akan bergerak ke kutub di lintang ataupun ke dataran tinggi untuk menghindari dampak buruk dari fenomena alam tersebut.

C. Unsur Iklim
1. Penyinaran Matahari, matahari merupakan sebuah pengatur iklim di bumi yang sangat penting dan menjadi sumber energi yang paling utama di bumi. Energi matahari ini dipancarkan ke semua arah dalam bentuk sebuah gelombang elektromagnetik. Penyinaran Matahari ke Bumi ini dipengaruhi oleh sebuah kondisi awan dan perbedaan sudut datangnya sinar matahari.
2. Suhu Udara, suhu udara merupakan sebuah keadaan panas atau dinginnya udara yang memiliki sifat menyebar dan berbeda-beda pada sebuah daerah tertentu. Persebarannya yang secara horizontal menunjukkan suhu udara tertinggi terdapat di sebuah daerah tropis garis ekuator (garis khayal ini yang membagi bumi menjadi sebuah bagian utara dan selatan) dan semakin ke arah kutub suhu udaranya akan semakin dingin. Sedangkan pada persebaran secara vertikal menunjukkan, semakin tinggi tempatnya, maka suhu udara akan semakin dingin. Alat untuk mengukur suatu suhu yaitu dengan termometer.
3. Kelembaban Udara (humidity), dalam sebuah udara terdapat air karena terjadinya penguapan. Makin tinggi suhu udara, maka makin akan banyak uap air yang dikandungnya. Hal ini yang menyebabkan makin lembablah udara tersebut. Jadi, Humidity yaitu banyaknya uap air yang dikandung oleh udara. Alat pengukurnya yaitu dengan higrometer.
4. Awan, adalah kumpulan titik air atau kristal es yang terjadi karena adanya kondensasi uap air yang terdapat pada atmosfer, awan terjadi karena udara yang mengandung uap air naik sehingga suhunya turun sampai di bawah titik embun, awan ini dapat berupa benda padat atau gas.
5. Curah Hujan, curah hujan merupakan suatu jumlah hujan yang jatuh di sebuah daerah pada kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan sebuah alat pengukur curah hujan yaitu dengan penakar hujan (Rain Gauge). Terjadinya perubahan iklim dikarenakan adanya sebuah unsur-unsur yaitu penyinaran Matahari, kelembaban udara, suhu udara, perawanan, dan curah hujan.
6. Tekanan udara, adalah udara yang mempunyai massa sehingga dapat menekan permukaan bumi. Alat untuk mengukur tekanan udara disebut barometer. Barometer ditemukan oleh Torricelli pada tahun 1644, hasil penemuan alat pengukur tekanan udara yang lain adalah barometer anaroid. Barometer ini mudah dibawa ke lain tempat dan dapat juga digunakan untuk mengukur tinggi tempat di atas permukaan air laut. Garis-garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tekanan udara yang sama disebut Isobar.

D. Sifat Iklim
1. Memiliki jangka waktu yang lama
2. Memiliki sifat yang Meliputi sebuah daerah yang luas
3. Mempunyai Sifat iklim yang dihasilkan oleh rata-rata cuaca, bukan
4. yaitu sebuah pencatatan baru

E. Klasifikasi Iklim
1. Iklim Matahari, didasarkan pada faktor garis lintang. Perbedaan garis-garis lintang di permukaan Bumi berpengaruh terhadap jumlah energi sinar matahari yang ditemuinya. Keadaan ini menyebabkan suhu udara di wilayah lintang rendah (khatulistiwa) lebih panas dibanding wilayah lintang tinggi (kutub).
2. Iklim Koppen
a. Iklim Tipe A (Iklim Hujan Tropis), wilayah beriklim tipe A memiliki curah hujan tinggi, penguapan tinggi (rata-rata 70 cm3/tahun), dan suhu udara bulanan rata-rata di atas 18° C. Curah hujan tahunan lebih dari penguapan tahunan, tidak ada musim dingin. Wilayah beriklim tipe A dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut.
a) Iklim tipe Af memiliki suhu udara panas dan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Di wilayah beriklim tipe A terdapat banyak hutan hujan tropik. Contohnya wilayah Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Wilayah beriklim tipe Af memiliki ciri di antaranya,
- Hutan sangat lebat dan heterogen (bermacam-macam tanaman)
- Terdapat banyak tumbuhan panjat; serta
- Terdapat jenis tumbuhan seperti pakis, palem, dan anggrek

b) Iklim tipe Am, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang kering. Batas antara musim hujan dan kemarau tegas. Wilayah beriklim tipe Am antara lain terdapat di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Am memiliki ciri di antaranya,
- Curah hujan tergantung musim
- Jenis tanaman pendek dan homogen; serta
- Hutan homogen yang menggugurkan daunnya ketika kemarau

c) Iklim tipe Aw, memiliki suhu udara panas, musim hujan, dan musim kemarau yang lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan. Wilayah beriklim tipe Aw terdapat di wilayah Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Kepulauan Aru, dan Papua bagian selatan. Wilayah beriklim tipe Aw memiliki ciri di antaranya,
- Hutan berbentuk sabana (savana)
- Jenis tumbuhan padang rumput dan semak belukar; dan
- Pohonnya berjenis rendah

b. Iklim Tipe B (Iklim Kering), ciri Iklim tipe B adalah penguapan tinggi dengan curah hujan rendah (rata-rata 25,5 mm/tahun) sehingga sepanjang tahun penguapan lebih besar daripada curah hujan. Tidak terdapat surplus air. Di wilayah beriklim tipe B tidak terdapat sungai yang permanen. Wilayah beriklim tipe B dibedakan menjadi tipe Bs (iklim stepa) dan tipe Bw (iklim gurun)
c. Iklim Tipe C (Iklim Sedang Hangat), iklim tipe C mengalami empat musim, yaitu musim dingin, semi, gugur, dan panas. Suhu udara rata-rata bulan terdingin adalah (–3)°C – (–8)°C. Terdapat paling sedikit satu bulan yang bersuhu udara rata-rata 10° C. Iklim tipe C dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut.
a) Iklim tipe Cw, yaitu iklim sedang basah (humid mesothermal) dengan musim dingin yang kering
b) Iklim tipe Cs, yaitu iklim sedang basah dengan musim panas yang kering
c) Iklim tipe Cf, yaitu iklim sedang basah dengan hujan dalam semua bulan

d. Iklim Tipe D (Iklim Salju Dingin), iklim tipe D merupakan iklim hutan salju dengan suhu udara rata-rata bulan terdingin < –3° C dan suhu udara rata-rata bulan terpanas > 10° C. Iklim tipe D dibedakan menjadi dua di antaranya,
a) Iklim tipe Df, yaitu iklim hutan salju dingin dengan semua bulan lembap
b) Wilayah beriklim tipe Dw, yaitu iklim hutan salju dingin dengan musim dingin yang kering

e. Iklim Tipe E (Iklim Kutub), iklim tipe E mempunyai ciri tidak mengenal musim panas, terdapat salju abadi dan padang lumut. Suhu udara tidak pernah melebihi 10° C. Wilayah beriklim tipe E dibedakan atas tipe Et (iklim tundra) dan tipe Ef (iklim kutub dengan salju abadi). Iklim tipe E terdapat di daerah Arktik dan Antartika.

3. Iklim Schmidt–Ferguson, mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm. Iklim Schmidt dan Ferguson sering disebut juga Q model karena didasarkan atas nilai Q. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah ratarata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah.

4. Iklim Oldeman, penentuan iklim menurut Oldeman menggunakan dasar yang sama dengan penentuan iklim menurut Schmidt-Ferguson, yaitu unsur curah hujan. Bulan basah dan bulan kering dikaitkan dengan kegiatan pertanian di daerah tertentu sehingga penggolongan iklimnya disebut juga zona agroklimat.
5. Iklim Junghuhn, mengklasifikasikan iklim berdasarkan ketinggian tempat dan mengaitkan iklim dengan jenis tanaman yang tumbuh dan berproduksi optimal sesuai suhu di habitatnya. Junghuhn mengklasifikasikan iklim menjadi empat di antaranya,
a. 0-700 m, zona panas, contohnya karet, kopi, tebu, jagung, kelapa
b. 700-1500 m, zona sedang, contohnya teh, kina
c. 1500-2500 m, zona sejuk, contohnya pinus
d. > 2500 m, zona dingin, contohnya lumut

F. Dampak Perubahan Iklim
1. Ekosistem, kemungkinan punahnya 20-30 persen spesies tanaman dan hewan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global sebesar 1,5-2,5 derajat Celcius. Bertambahnya CO2 di atmosfer akan meningkatkan tingkat keasaman laut. Hal ini berdampak negatif pada organisme-organisme laut seperti terumbu karang dan spesies-spesies yang hidupnya bergantung pada organisme tersebut.
2. Pangan dan hasil hutan, diperkirakan produktivitas pertanian didaerah tropis akan mengalami penurunan bila terjadi kenaikan suhu rata-rata global antara1-2 derajat celcius, sehingga meningkatkan resiko bencana kelaparan. Meningkatnya frekuensi kekeringan dan banjir akan memberikan dampak negatif pada produksi lokal terutama pada penyediaan pangan di subtropics dan tropis.
3. Pesisir dan dataran rendah, daerah pantai akan semakin rentan terhadap erosi pantai dan naiknya permukaan air laut. Kerusakan pesisir akan diperparah oleh tekanan manusia didaerah pesisir. Diperkirakan tahun 2080, jutaan orang akan terkena banjir setiap tahun karena naiknya permukaan air laut. Resiko terbesar adalah dataran rendah yang padat penduduknya dengan tingkat adaptasi yang rendah. Penduduk yang paling terancam adalah yang berada di delta-delta Asia dan Afrika, namun yang paling rentan adalah penduduk di pulau-pulau kecil.
4. Sumber dan Manajemen air tawar, rata-rata aliran air sungai dan ketersediaan air di daerah subpolar dan daerah tropis basah diperkirakan akan meningkat 10-40 persen. Sementara di daerah subtropics dan daerah tropis yang kering, air akan berkurang 10-30 persen, sehingga daerah-daerah yang sekarang sering mengalami kekeringan akan semakin parah kondisinya.
5. Industri, permukiman dan masyarakat, industri, permukiman dan masyarakat yang paling rentan umumnya berada di daerah pesisir dan bantaran sungai, serta mereka yang ekonominya terkait erat dengan sumber daya yang sensitif terhadap iklim, serta mereka yang tinggal di daerah-daerah yang sering dilanda bencana ekstrem, di mana urbanisasi berlangsung dengan cepat. Komunitas miskin sangat rentan karena kapasitas beradaptasi yang terbatas, serta kehidupan mereka sangat tergantung kepada sumber daya yang mudah terpengaruh oleh iklim seperti persediaan air dan makanan.
6. Kesehatan, penduduk dengan kapasitas beradaptasi rendah akan semakin rentan terhadap diare, gizi buruk, serta berubahnya pola distribusi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui berbagai serangga dan hewan.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Iklim, Sejarah, Unsur, Sifat, Klasifikasi, dan Dampak Perubahan Iklim"