Pengertian Peradaban, Ciri, Kriteria, dan Dinamikanya

Table of Contents
Pengertian Peradaban
Peradaban

A. Pengertian Peradaban

Istilah adab dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti kehalusan dan kebaikan budi pekerti; kesopanan; akhlak, dan peradaban memiliki pengertian kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin; hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Dengan demikian peradaban adalah segenap perilaku sopan santun dan tata krama yang diwujudkan baik dalam realitas politik, ekonomi dan sosial lainnya.

Kata peradaban sering diidentikkan dengan kata kebudayaan. Akan tetapi dalam bahasa Inggris, terdapat perbedaan pengertian antara civilization untuk peradaban dan culture untuk kebudayaan. Demikian pula dalam bahasa Arab dibedakan antara tsaqafah (kebudayaan), hadharah (kemajuan) dan tamaddun (peradaban).

Peradaban (civilization) dapat diartikan sebagai hubungannya dengan kewarganegaraan karena diambil dari kata civies (Latin) atau civil (Inggris) yang berarti seorang warga negara yang berkemajuan. Dalam hal ini dapat diartikan dengan dua cara (1) proses menjadi berkeadaban, (2) suatu masyarakat manusia yang sudah berkembang atau maju. Berdasarkan pengertian tersebut maka indikasi suatu peradaban adalah adanya gejala-gejala lahir seperti masyarakat yang telah memiliki berbagai perangkat kehidupan.

Peradaban adalah identik dengan gagasan tentang kemajuan sosial, baik dalam bentuk kemenangan akal dan rasionalitas terhadap dogma maupun doktrin agama, memudarnya norma-norma lokal tradisional dan perkembangan pesat ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Segala hal, berupa perbuatan dan pemikiran manusia tak bisa dilepaskan dari peradaban. Jadi, konsep peradaban bersifat mencakup semua.

Tanda wujudnya peradaban, menurut Ibn Khaldun adalah berkembangnya ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, geometri, aritmetik, astronomi, optik, kedokteran dan sebagainya. Bahkan maju mundurnya suatu peradaban tergantung atau berkaitan dengan maju mundurnya ilmu pengetahuan. Jadi substansi peradaban yang terpenting dalam teori Ibn Khaldun adalah ilmu pengetahuan. Namun ilmu pengetahuan tidak mungkin hidup tanpa adanya komunitas yang aktif mengembangkannya.

Pengertian Peradaban Menurut Para Ahli
1. Anne Ahira, peradaban adalah kebudayaan yang mengalami kemajuan yang tinggi
2. Huntington, peradaban ialah sebuah identitas terluas dari suatu budaya, yang teridentifikasi dengan melalui dalam unsur-unsur obyektif secara umum, seperti bahasa, sejarah, agama, ataupun melalui identifikasi diri yang lebih subyektif.
3. Alfred Weber, peradaban ialah mengacu kepada suatu pengetahuan praktis dan juga intelektual, serta juga suatu kumpulan cara yang bersifat teknis yang difungsikan untuk mengendalikan alam. Adapun kebudayaan tersebut terdiri atas serangkaian nilai, prinsip, normatif, dan juga ide-ide yang bersifat unik. Aspek dari peradaban tersebut lebih bersifat ke arah kumulatif dan juga lebih siap untuk disebar, dan lebih rentan kepada suatu penilaian, serta juga lebih berkembang daripada suatu aspek kebudayaan. Peradaban tersebut bersifat impersonal dan juga objektif, sedangkan kebudayaan tersebut bersifat personal, subjektif serta juga unik.
4. Prof Dr. Koentjaraningrat, peradaban ialah bagian-bagian yang halus dan juga indah layaknya seni. Masyarakat yang telah maju di dalam kebudayaan tersebut berarti mempunyai peradaban yang tinggi. Istilah peradaban tersebut sering dipakai untuk dapat menunjukkan pendapat dan juga suatu penilaian kita terhadap suatu perkembangan kebudayaan yang mana pada waktu perkembangan kebudayaan tersebut mencapai puncaknya berwujud kepada unsur-unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan lain-lainnya oleh karena itu masyarakat pemilik kebudayaan ini dikatakan telah mempunyai peradaban yang tinggi.
5. Oswald Spengler, peradaban ialah suatu kebudayaan yang telah mencapai kepada taraf tinggi ataupun kompleks. selain itu juga Spengler mengemukakan bahwa peradaban ialah tingkat kebudayaan pada saat telah mencapai taraf tinggi dan juga kompleks. Lebih lanjutnya lagi, Spengler mengemukakan juga bahwa peradaban ialah tingkat kebudayaan pada saat tidak lagi mempunyai aspek produktif, beku, serta juga mengkristal. Adapun kebudayaan tersebut mengacu kepada sesuatu yang hidup dan juga kreatif.
6. Arnold Toynbee, peradaban ialah kebudayaan yang telah mencapai kepada taraf perkembangan teknologi yang lebih tinggi. Pengertian lain menyatakan bahwa peradaban ialah suatu kumpulan dari seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup kepada keseluruhan aspek kehidupan manusia, baik itu secara fisik (misalnya bangunan, jalan), ataupun juga non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, dan lain-lain).
7. Albion Small, peradaban ialah kemampuan manusia di dalam mengendalikan suatu dorongan dasar kemanusiaannya untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. kebudayaan tersebut mengacu kepada kemampuan manusia di dalam mengendalikan alam dengan melalui ilmu pengetahuan dan juga teknologi. Menurutnya , yang menyatakan pendapatnya bahwa peradaban tersebut berhubungan dengan suatu perbaikan yang dengan bersifat kualitatif serta juga menyangkut kepada kondisi batin manusia, sedangkan kebudayaan tersebut mengacu kepada sesuatu yang bersifat material, faktual, relevan, dan juga konkret.
8. Bierens De Hann, peradaban yang mempunyai arti bahwa peradaban ialah keseluruhan kehidupan sosial, politik, ekonomi, serta juga teknik. Jadi, peradaban tersebut mempunyai kegunaan praktis di dalam hubungan kemasyarakatan.

B. Ciri Umum Peradaban

1. Pembangunan suatu kota-kota baru dengan menggunakan tata ruang yang baik, indah, dan juga modern
2. Menggunakan Sistem pemerintahan yang tertib dikarenakan terdapat hukum dan juga peraturan.
3. Berkembangnya bermacam macam ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang lebih maju seperti astronomi, kesehatan, bentuk tulisan, dan lain-lain.
4. Masyarakat yang lebih kompleks dalam berbagai jenis pekerjaan, keahlian, dan juga strata sosial

C. Kriteria Peradaban

Dibandingkan dengan masyarakat lain, peradaban memiliki struktur politik yang lebih kompleks berupa negara. Masyarakat negara lebih terbagi ke dalam kelas-kelas sosial daripada masyarakat lain. Terdapat perbedaan peran yang besar di antara kelas-kelas sosial tersebut. Kelas penguasa, biasanya berada di kota-kota, memiliki kendali atas surplus dan menjalankan kemauannya melalui tindakan pemerintah atau birokrasi. Morton Fried, seorang ahli teori konflik dan Elman Service, seorang ahli teori integrasi, membagi kebudayaan manusia berdasarkan sistem politik dan sosial. Klasifikasi ini terdiri dari empat kategori.
1. Masyarakat pemburu-pengumpul, umumnya bersifat egaliter.
2. Masyarakat hortikultura/pastoral yang biasanya memiliki dua kelas sosial berupa pemimpin dan rakyat jelata.
3. Masyarakat atau chiefdom yang memiliki beberapa kelas sosial yang diwariskan di antaranya raja, bangsawan, orang merdeka, dan budak.
4. Peradaban, masyarakat dengan strata sosial yang rumit dan pemerintahan yang teratur.

D. Dinamika Peradaban

Dinamika sosial sebuah peradaban yang darinya pencapaian-pencapaian peradaban dihasilkan, dibentuk dari tiga faktor dasar, yaitu dunia ide (idea), pribadi (person) dan benda (object). Setiap aksi sosial bisa dianalisis secara struktural ke dalam tiga faktor ini. Pola aksi itu ditentukan oleh faktor ide, benda memberikan sarana dan pribadi merupakan faktor kepelakuan. Tetapi efektifitas dinamika sosial itu tidak ditentukan ketiga faktor itu.

Adanya ketiga faktor itu tidak membuat sebuah masyarakat secara otomatis memiliki dinamika sosial yang baik. Ada faktor keempat yang membuat semua faktor itu menjadi efektif, yaitu jaringan sosial. Jaringan sosial inilah yang membuat sebuah masyarakat memiliki dinamika sosial yang bisa menghasilkan capaian-capaian peradaban.

Sebuah penemuan (radio misalnya, sebagai contoh yang bersifat materi) dibangun dari efektifnya jaringan sosial masyarakat tersebut, ia muncul karena penyempurnaan-penyempurnaan penemuan sebelumnya. Pada tahap formatif sebuah peradaban, pada titik A sejarahnya, tugas untuk membangun jaringan sosial ini menjadi faktor krusial.

Pada masa-masa dinamis peradaban ini, nilai psiko-sosial yang membimbing manusia-manusia peradaban itu adalah nilai akal, rasionalitas. Daya cengkeram rasionalitas atas energi vital (naluri/kebutuhan kehidupan dasar) manusia ini tidak sekuat yang diberikan oleh nilai spiritual (ruhiyah). Terkait dengan kesejahteraan (kekayaan) sebuah masyarakat faktor yang amat berperan di sini selain selamatnya jaringan sosialnya adalah pada faktor ide. Ide menjadi kekayaan utama sebuah masyarakat, walaupun ia menderita kekurangan pada benda-benda. Bennabi mencontohkan, kerusakan sosial ekonomi yang diderita oleh Jerman pasca perang dunia kedua tidak menghalanginya untuk bangkit kembali karena masih memiliki kekayaan ide.

Muatan jaringan sosial yang menjadi basis dinamika sosial sebuah peradaban adalah muatan kultural. Kebudayaan oleh Bennabi diibaratkan oleh aliran darah yang mensuplay nutrisi ke dalam organ-organ tubuh. Kalau kita ibaratkan, jaringan sosial adalah jaringan aliran darah sedangkan muatan kultural adalah darah yang dialirkan kepada faktor-faktor struktural masyarakat; ide, pribadi dan benda. Muatan kultural itu terdiri dari etika, estetika, logika-pragmatik dan teknik (shina’ah). Etika dan estetika menentukan tampilan peradaban. Sedangkan logika-pragmatik dan teknik menentukan dinamika peradabannya.

Keruntuhan Peradaban
Karena nilai rasionalitas tidak sekuat nilai spiritual dalam mengondisikan diri manusia, naluri pada masa-masa kejayaan peradaban mulai mengalami pelepasan. Pada puncaknya jika naluri mengendalikan diri manusia, secara sosial sebuah peradaban sudah mulai meluncur menuju keruntuhan. Beginilah keruntuhan peradaban bermula, yaitu ketika naluri, insting mulai mengendalikan diri manusia. Kemudian rusaklah jaringan sosial masyarakat. Dengan kerusakan jaringan sosial ini ide, pribadi dan benda menjadi tidak efektif, sehingga dinamika sosial menjadi berhenti, pencapaian menjadi mandul.

Kerusakan kemudian menyentuh faktor-faktor ini. Muncullah ide-ide yang beku dan mati bahkan mematikan. Muncullah penyembahan atas orang/pribadi. Muncullah ideologi bendaisme, dalam arti mengukur segala sesuatunya secara bendawi dan menumpuk-numpuk benda sebagai parameter kehidupan. Manusia yang muncul setelah titik C dalam diagram di atas adalah manusia pasca-peradaban, yang tidak lagi memiliki efektivitas untuk menggerakkan peradaban. Ini berbeda dengan manusia yang menjadi modal pada titik A (manusia pra-peradaban, Bennabi menyebutnya sebagai manusia fitrah). Ia mengibaratkan seperti beda antara air yang mengalir sebelum menggerakkan turbin pembangkit listrik dan air yang mengalir keluar dari turbin itu. Titik kejatuhan peradaban Islam dalam skema di samping bermula sejak zaman Ibn Khaldun.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment