Pengertian Bahasa, Asal Mula, Fungsi, Manfaat, Rumpun, Kepunahan Bahasa

Table of Contents
Pengertian Bahasa
Bahasa

A. Pengertian Bahasa

Bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa (dari bahasa Sanskerta भाषा, bhāṣā) adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda, misalnya kata dan gerakan.

Kata bahasa dalam Bahasa Inggris "language" diturunkan dari Indo-Eropa *dn̥ǵʰwéh₂s "lidah, perkataan, bahasa" lewat Bahasa latin lingua, "bahasa; lidah", dan Prancis Kuno langage "bahasa". Kata tersebut terkadang digunakan untuk mengacu pada kode, sandi dan bentuk lain dari sistem komunikasi yang dibentuk secara artifisial seperti yang digunakan pada pemrograman komputer. Makna bahasa dalam hal ini adalah suatu sistem isyarat untuk menyandikan dan menerjemahkan informasi.

Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. Sebagai objek kajian linguistik, "bahasa" memiliki 2 arti dasar: sebagai sebuah konsep abstrak, dan sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik. Bahasa Indonesia adalah contoh dari makna bahasa sebagai sebuah sistem linguistik yang spesifik. Ferdinand de Saussure, seorang linguis asal Swiss, adalah orang pertama yang merumuskan perbedaan kata dalam bahasa Prancis. Terdapat langage dalam arti bahasa sebagai sebuah konsep, langue dalam arti bahasa sebagai sistem linguistik yang spesifik, dan parole dalam arti bahasa sebagai penggunaan konkret bahasa tertentu sebagai tuturan.
 
Bahasa terdiri dari kumpulan kata di mana masing-masing kata tersebut memiliki makna dan hubungan abstrak dengan suatu konsep atau objek yang diwakili oleh kata-kata tersebut. Pemakaian bahasa umumnya didasari dengan seperangkat aturan sehingga kata-kata yang diucapkan atau ditulis mengikuti aturan tertentu. Untuk lebih jelasnya berikut beberapa pengertian bahasa menurut para ahli di antaranya,
1. Plato, bahasa adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
2. Ferdinand De Saussure, bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
3. Bill Adams, bahasa adalah suatu sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif.
4. Sudaryono, bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
5. Harimurti Kridalaksana, bahasa adalah suatu sistem bunyi bermakna yang dipergunakan untuk komunikasi oleh kelompok manusia.
6. Wibowo, bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang digunakan sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

B. Asal Mula Bahasa

Teori-teori tentang asal mula bahasa berbeda dalam hal asumsi dasarnya tentang apa itu bahasa. Beberapa teori berdasarkan pada ide bahwa bahasa adalah sangat kompleks sehingga seseorang tidak dapat membayangkan ia muncul dari ketiadaan dalam bentuk akhirnya, tetapi ia harus telah berkembang dari sistem pra-linguistik awal di antara leluhur pra-manusia kita. Teori ini dapat disebut dengan teori berdasarkan keberlanjutan.

Pandangan berlawanan adalah bahwa bahasa adalah sifat manusia yang unik yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang ditemukan di antara selain-manusia, dan bahwa ia muncul secara tiba-tiba dalam transisi dari pra-hominid sampai pada manusia purba. Teori ini dapat didefinisikan sebagai berdasarkan ketakberlanjutan. Demikian juga, teori-teori yang berdasarkan pandangan Generatif Chomsky tentang bahasa, melihat bahasa umumnya sebagai kemampuan lahiriah yang tersandikan secara genetis, sementara teori-teori fungsionalis melihatnya sebagai sebuah sistem yang besar secara kultural, yaitu dipelajari lewat interaksi sosial.

Karena timbulnya bahasa berada sebelum prasejarah manusia, perkembangan yang berkaitan tidak meninggalkan jejak sejarah, dan tidak ada proses perbandingan yang dapat diobservasi pada saat sekarang. Teori yang menekankan keberlanjutan sering melihat pada binatang untuk melihat jika, misalnya, primata memperlihatkan ciri-ciri yang dapat dilihat sebagai analogi terhadap bentuk bahasa dari pra-manusia. Alternatif lain, fosil awal manusia dapat diinspeksi untuk melihat jejak-jejak adaptasi fisik dari penggunaan bahasa atau bentuk jejak-jejak pra-linguistik dari perilaku simbolik.
 
Secara umum pra-manusia australopithecine tidak memiliki sistem komunikasi yang secara signifikan berbeda dengan yang ditemukan pada kera besar secara umum, tetapi para ahli memiliki opini yang berbeda-beda terhadap perkembangan sejak munculnya Homo sekitar 2,5 juta tahun yang lalu. Beberapa ahli mengasumsikan perkembangan sistem mirip-bahasa primitif (proto-bahasa) sama awalnya dengan Homo habilis (2,3 juta tahun lalu), sementara ahli lainnya menempatkan perkembangan komunikasi simbol primitif hanya dengan Homo erectus (1,8 juta tahun yang lalu) atau Homo heidelbergensis (0,6 juta tahun yang lalu) dan perkembangan bahasa layak pada Homo sapiens modern anatomis dengan revolusi Paleolitik Atas kurang dari 100.000 tahun lalu.

Berikut beberapa teori sejarah perkembangan bahasa di antaranya,
1. Teori Keberlanjutan, teori ini didasari oleh gagasan yang mengatakan bahwa bahasa adalah komunikasi yang rumit sehingga tidak dapat timbul begitu saja dari ketiadaan yang dapat menghasilkan sarana komunikasi seperti saat ini. Dalam teori ini disebutkan bahwa bahasa telah mengalami perkembangan mulai dari sistem pra-linguistik hingga bahasa yang digunakan saat ini.
2. Teori Ketakberlanjutan, teori ini didasari oleh gagasan yang berseberangan dengan teori berkelanjutan, di mana disebutkan bahwa bahasa adalah suatu sifat unik yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun yang bisa ditemukan pada spesies lainnya. Dengan kata lain, teori ini menganggap bahwa bahasa muncul secara tiba-tiba dan berkembang sesuai peradaban manusia.
3. Teori Nativistik, menurut teori Nativistik, bahasa lahir secara alamiah dan ilmiah serta sudah ter-sandi secara genetis. Dalam teori ini disebutkan bahwa manusia memiliki insting istimewa untuk mengeluarkan ekspresi ujaran terhadap setiap kesan yang didapatkan sebagai stimulus dari luar.
4. Teori Echoic, teori ini menyebutkan bahwa kata-kata yang muncul pertama kali adalah hasil tiruan dari suara alam. Misalnya suara hujan, sungai, ombak, guntur, dan lain sebagainya.
5. Teori Gesture, teori ini disebutkan bahwa isyarat merupakan bahasa yang mendahului ujaran. Menurut teori ini penggunaan sistem isyarat dilakukan oleh manusia primitif di zaman prasejarah dan juga oleh hewan-hewan.

C. Fungsi Bahasa

1. Sebagai Alat Berkomunikasi, bahasa merupakan kumpulan kata-kata yang memiliki makna. Setiap kata tertentu memiliki makna dan hubungan abstrak dengan suatu konsep atau objek yang diwakilinya. Melalui bahasa, setiap individu dapat melakukan komunikasi dua arah yang dimengerti oleh masing-masing individu.
2. Sebagai Alat Pemersatu Suatu Bangsa, bahasa dapat berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa karena penggunaannya sebagai alat untuk berkomunikasi. Setiap warga suatu bangsa dapat menyampaikan pemikirannya dengan menggunakan bahasa yang dimengerti. Komunikasi masyarakat dengan menggunakan bahasa yang sama dan dimengerti satu sama lain akan mempersatu suatu bangsa menjadi lebih kuat.
3. Sebagai Identitas Suatu Suku/Bangsa, bahasa juga dapat berfungsi sebagai identitas suatu suku/ bangsa karena keunikannya. Setiap suku/ bangsa tentunya memiliki bahasa yang berbeda-beda, hal ini menjadi identitas dan keunikan tersendiri bagi suatu suku/ bangsa.

Selain itu, masih ada beberapa fungsi lain dari bahasa di antaranya,
1. Sebagai alat untuk berpikir
2. Sebagai alat untuk kontrol sosial
3. Sebagai sarana menunjukkan ekspresi
4. Sebagai sarana untuk memahami diri sendiri dan orang lain
5. Sebagai alat untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan sejarah
6. Sebagai sarana untuk membangun kecerdasan dan karakter

D. Manfaat Bahasa

1. Bahasa Resmi Suatu Negara, ada negara yang di dalamnya terdapat banyak bahasa daerah, contohnya Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa. Oleh karena itu, dibutuhkan bahasa resmi untuk mempersatukan seluruh warga negara Indonesia dari berbagai suku. Dalam hal ini, bahasa resmi kita adalah Bahasa Indonesia.
2. Pengantar dalam Dunia Pendidikan, dalam penyampaian materi di dunia pendidikan harus menggunakan bahasa resmi yang dimengerti oleh warga negara yang bersangkutan. Itulah sebabnya kegiatan belajar-mengajar di negara kita menggunakan bahasa Indonesia dan menjadi salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh para siswa.
3. Alat Pengembang Kebudayaan dan Ilmu Pengetahuan, dalam berbagai upaya pengembangan kebudayaan yang ada di Indonesia, tentu sangat berkaitan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Meskipun setiap suku dan daerah di Indonesia memiliki bahasa sendiri, namun dalam proses pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan di negara kita harus memakai bahasa resmi, yaitu Bahasa Indonesia.

E. Rumpun Bahasa di Dunia

Bahasa-bahasa di dunia dapat dikelompokan menjadi rumpun bahasa mencakup bahasa-bahasa yang dapat diperlihat memiliki leluhur yang sama. Linguis saat ini mengenali ratusan rumpun bahasa, walau beberapa dari mereka dapat dikelompokan menjadi unit lebih besar bila lebih banyak bukti di dapat dan dipelajari lebih dalam. Saat sekarang ada lusinan bahasa terisolasi: bahasa yang tidak dapat diperlihatkan berelasi dengan bahasa lain di dunia. Di antaranya adalah Basque, dituturkan di Eropa, Zuni di New Mexico, P'urhépecha di Mexico, Ainu di Jepang, Burushaski di Pakistan dan banyak lainnya.

Rumpun bahasa di dunia yang memiliki jumlah penutur paling banyak adalah Bahasa Indo-Eropa, dituturkan oleh 46% dari populasi dunia. Rumpun ini mengikutkan bahasa utama dunia seperti Inggris, Bahasa Spanyol, Bahasa Rusia, dan Hindustani (Hindi / Urdu). Rumpun bahasa Indo-Eropa mencapai pemerataan pertama selama Periode Migrasi Eurasia (400-800 M), dan diteruskan lewat ekspansi kolonial Eropa, yang membawa bahasa Indo-Eropa ke posisi dominan secara politik dan terkadang jumlah di Amerika dan sebagian Afrika. Bahasa Sino-Tibetan dituturkan oleh 21% populasi dunia dan mengikutkan banyak bahasa dari Asia Timur, termasuk Cina Mandarin, Bahasa Kanton, dan ratusan bahasa-bahasa kecil.

Di Afrika, terdapat sejumlah besar rumpun bahasa, yang terbesar yaitu rumpun bahasa Niger-Kongo, yang mengikutkan bahasa seperti Bahasa Swahili, Bahasa Shona, dan Bahasa Yoruba. Penutur dari bahasa Niger-Kongo terhitung 6,4% dari populasi dunia. Jumlah orang yang sama juga menuturkan Bahasa Afroasiatik, yang mengikutkan Bahasa Semitik seperti Bahasa Arab, Bahasa Hebrew, dan bahasa-bahasa di wilayah Sahara, seperti Bahasa Berber dan Bahasa Hausa.

Bahasa Austronesian dituturkan oleh 5,9% populasi dunia dan membentang dari Madagaskar sampai Asia Tenggara Laut mencapai Oseania. Ia mengikutkan beberapa bahasa seperti Bahasa Malagsy, Bahasa Maori, Bahasa Samoan, dan banyak bahasa pribumi di Indonesia dan Taiwan. Bahasa Austronesian dianggap berasal dari Taiwan sekitar 3000 SM. dan tersebar lewat wilayah Oseanik lewat perpindahan-pulau, berdasarkan pada kemajuan teknologi kelautan. Rumpun bahasa padat lainnya adalah Bahasa Dravidian dari Asia Selatan (di antaranya Bahasa Tamil dan Bahasa Telugu), Bahasa Turkic dari Asia Tengah (seperti Bahasa Turki), Austroasiatic (di antaranya Khmer), dan Bahasa Tai-Kadai dari Asia Tenggara (termasuk Bahasa Thai).

Wilayah di dunia yang memiliki keberagaman linguistik tertinggi, seperti Amerika, Papua Nugini, Afrika Barat, dan Asia-Selatan, memiliki ratusan rumpun bahasa kecil. Di Amerika, beberapa rumpun bahasa besar termasuk Bahasa Quechumaran, Bahasa Arawak, dan rumpun Bahasa Tupi-Guarani dari Amerika Selatan, Bahasa Uto-Aztecan, Bahasa Oto-Manguean, dan Bahasa Mayan dari Mesoamerica, dan Bahasa Na-Dene dan Bahasa Algonquian rumpun bahasa dari Amerika Utara. Di Australia, kebanyakan bahasa pribumi termasuk pada rumpun Bahasa Pama-Nyungan, walaupun di Papua Nugini terdapat sejumlah besar rumpun bahasa kecil dan terisolasi, sebagaimana juga sejumlah bahasa Austronesian.

F. Kepunahan Bahasa

Hampir punahnya bahasa terjadi bila sebuah bahasa berada pada risiko tidak digunakan lagi bila penuturnya meninggal atau bergeser menggunakan bahasa lain. Bahasa hilang terjadi saat bahasa tersebut tidak memiliki penutur asli, dan menjadi sebuah bahasa mati. Jika kemudian tidak ada lagi yang menuturkan bahasa tersebut, ia menjadi bahasa punah. Walau bahasa selalu menjadi punah selama sejarah manusia, sekarang mereka menghilang dengan laju semakin cepat dikarenakan proses-proses dari globalisasi dan neo-kolonialisme, di mana bahasa dengan kekuatan ekonomi mendominasi bahasa lainnya.
 
Semakin bahasa yang secara umum dituturkan mendominasi bahasa yang jarang dituturkan, maka bahasa yang jarang dituturkan nantinya akan menghilang dari populasi. Jumlah total dari bahasa di dunia tidak diketahui. Estimasinya beragam bergantung kepada banyak faktor. Konsensusnya adalah sekitar 6.000 dan 7.000 bahasa yang sekarang dituturkan, dan antara 50-90% dari mereka akan menjadi punah pada tahun 2100. 20 Bahasa teratas dituturkan oleh lebih dari 50 juta penutur masing-masingnya, dituturkan oleh 50% populasi dunia, walaupun banyak dari bahasa-bahasa lain yang dituturkan oleh komunitas yang lebih kecil, kebanyakan mereka kurang dari 10.000 penutur.
 
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization bergerak dengan lima tingkat dari bahasa yang terancam punah: "aman", "rentan" (tidak dituturkan oleh anak di luar rumah), "pasti punah" (tidak dituturkan oleh anak), "punah parah" (hanya dituturkan oleh generasi tua), dan "langka kritis" (dituturkan oleh beberapa anggota dari generasi tua, terkadang semi-tutur). Meskipun klaim bahwa dunia akan lebih baik bila semuanya menggunakan sebuah bahasa utama lingua franca, seperti bahasa Inggris atau Esperanto, ada suatu konsensus bahwa hilangnya bahasa melukai keberagaman kultural dari dunia.

Adalah kepercayaan umum, merujuk kembali pada narasi alkitab dari Menara babel bahwa keberagaman bahasa menyebabkan konflik politik, tapi kepercayaan ini kontradiksi dengan fakta bahwa banyak episode-episode kekerasan utama dunia terjadi di situasi dengan keberagaman linguistik yang rendah seperti Yugoslavia dan Perang Sipil Amerika, atau genosida oleh Jerman Nazi dan Rwanda, meskipun kebanyakan unit-unit politik yang stabil telah sangat multilingual.
 
Banyak proyek-proyek sedang berjalan bertujuan untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan tersebut dengan merevitalisasi bahasa yang terancam penuh, dan mempromosikan edukasi, dan literasi terhadap bahasa-bahasa minoritas. Di seluruh dunia banyak negara telah memberlakukan perundang-undangan tertentu yang ditujukan untuk melindungi, dan menstabilkan bahasa pribumi dari komunitas bahasa. Minoritas linguis telah berargumen bahwa kehilangan bahasa adalah proses alami yang seharusnya tidak dinetralisir, dan dengan mendokumentasikan bahasa yang terancam punah demi keturunan sudah cukup. 

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment