Pengertian Wibawa, Berwibawa, dan Kewibawaan

Table of Contents
Pengertian Wibawa
Wibawa
Pengertian wibawa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki pengertian pembawaan untuk dapat menguasai dan mempengaruhi dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik; kekuasaan. Berwibawa memiliki pengertian mempunyai wibawa (sehingga disegani dan dipatuhi), dan kewibawaan adalah hal yang menyangkut wibawa; kekuasaan yang diakui dan ditaati.

Secara umum, ketika seseorang mendengar kata wibawa, pasti terbayang sosok pria tinggi besar yang disegani. Padahal, wibawa tidak ada hubungannya dengan tubuh, melainkan bawaan. Pengertian bawaan di sini adalah bawaan dari dalam diri yang memancar keluar. Wibawa sudah menjadi keharusan yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Bahkan, dalam sebuah rumah tangga, seorang suami yang menjadi pemimpin rumah tangga harus memiliki wibawa.

Dalam ilmu kepemimpinan, wibawa disebut juga leadership. Wibawa sangat penting dimiliki pemimpin. Wibawa ini terangkai dalam kemampuan berkomunikasi dan ketegasan dalam mengambil keputusan. Salah satu tolok ukur wibawa pemimpin adalah saat mengambil keputusan. Apakah keputusannya didengar dan dijalankan segera oleh bawahannya.

Ketegasan pemimpin dalam mengambil keputusan didasarkan pada dua hal. Pertama, ketika keputusan tersebut diambil, dia sudah paham akibat yang akan timbul. Kedua, keputusan yang diambil berdasarkan rasa keadilan, hati nurani, serta manfaat untuk orang banyak. Kedua hal itu harus dilakukan dengan cepat serta mampu dikomunikasikan dengan baik kepada publik. Dalam keadaan krisis, seorang pemimpin yang tampil di hadapan publik harus sudah memegang keputusan di tangannya.

Penampilan yang dibuat buat, agar terkesan berwibawa, di hadapan orang lain, justru dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri. Meniru-niru gaya pejabat, memasang tampang angker dan dengan wajah yang agak mendongak ke atas, tidak akan mampu mendongkrak wibawa diri. Karena  wibawa itu terlahir dari sikap mental yang ada di dalam diri seseorang. Kalau hal ini berlanjut terus, tanpa ada yang mengingatkan, maka secara perlahan, tapi pasti akan ditinggalkan oleh orang di sekelilingnya.


Dari berbagai sumber

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment