Pengertian Status Sosial, Karakteristik, Jenis, dan Dampaknya

Table of Contents
Pengertian Status Sosial
Status Sosial

A. Pengertian Status Sosial

Status sosial berkaitan erat dengan sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat. Status sosial menunjukkan di mana individu berada dalam sebuah sistem yang hierarkis, di mana pada gilirannya sistem sosial yang hierarkis ini sekaligus menentukan peran sosial seseorang. Dalam sosiologi konsep status ini digunakan untuk menjelaskan mengapa interaksi sosial antar individu atau kelompok berbeda dan apa yang menentukan setiap individu menjalankan peran sosialnya yang berbeda tersebut.

Status sosial adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan kelompok-kelompok lain di dalam kelompok yang lebih besar lagi. Status sosial ini didapat dengan sendirinya (otomatis) melalui usaha ataupun karena pemberian. Status sosial yang lebih tinggi akan berpengaruh pula pada sikap dan rasa penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Oleh sebab itu, setiap orang akan berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.

Status sosial pada dasarnya merupakan kumpulan hak dan kewajiban, tugas dan keistimewaan yang dimiliki seseorang. Status yang dimiliki oleh seseorang akan menentukan derajat, kewajiban, dan tanggung jawab dalam kelompoknya. Status sosial dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti pekerjaan, kekayaan, pendidikan, dan latar belakang keluarga.

Status Sosial Menurut Para Ahli
1. Mayor Polak, status dimaksudkan ialah sebagai kedudukan sosial dari seorang oknum di dalam sebuah kelompok dan di dalam masyarakat. Status sosial ini memberi bentuk serta juga pola pada interaksi sosial.
2. Ralph Linton, status sosial merupakan sekumpulan hak dan juga kewajiban yang dipunyai seseorang di dalam bermasyarakat. Pemilik status sosial yang tinggi akan ditempatkan juga pada tempat lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan pemilik status sosial yang rendah.
3. Soerjono Soekanto, status sosial merupakan tempat seseorang yang secara umum di dalam masyarakat sehubungan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise serta juga hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
4. Davis, Status dapat didefinisikan sebagai posisi dalam sistem kelembagaan umum, yang diakui dan didukung oleh seluruh masyarakat, secara spontan berevolusi daripada secara sengaja diciptakan, berakar pada cerita rakyat dan adat istiadat.
5. H.T. Mazumdar, Status dapat didefinisikan sebagai posisi individu dalam kelompok – tempatnya di jejaring sosial kewajiban dan hak istimewa timbal balik, hak dan kewajiban.
6. Pitirim Sorokin, menurut Pitirim Sorokin  untuk mengukur status dapat dilihat dari :
a. Jabatan/pekerjaan
b. Ilmu pengetahuan
c. Kekayaan
d. Agama
e. Politis, keturunan

B. Karakteristik Status Sosial

1. Status ditentukan oleh situasi budaya masyarakat tertentu
2. Status ditentukan hanya dalam relevansi anggota masyarakat lainnya
3. Setiap individu harus memainkan peran tertentu sesuai dengan statusnya
4. Status hanyalah bagian dari masyarakat secara keseluruhan
5. Sebagai akibat dari status masyarakat dibagi menjadi berbagai kelompok
6. Setiap status memiliki prestise

C. Jenis Status Sosial

1. Status yang digariskan (ascribed status)
Status yang digariskan (ascribed status) adalah status yang diperoleh seseorang karena kondisi lahiriah atau alami. Contohnya adalah ras, etnis, keturunan. Anak raja memperoleh status lebih tinggi ketimbang masyarakat kebanyakan karena ia anak raja. Di beberapa negara yang rasis, orang kulit putih lebih lebih dihormati ketimbang orang kulit kuning.

2. Status yang diusahakan (achieved status)
Status yang diusahakan (achieved status) adalah status yang diperoleh seseorang karena usaha yang dilakukannya dengan sengaja dan biasanya penuh perjuangan. Contohnya, untuk memperoleh status sebagai mahasiswa, seseorang harus lulus tes masuk universitas. Untuk memperoleh gelar sarjana, mahasiswa harus menyelesaikan skripsi dan lulus. Achieved status merupakan contoh status sosial yang terbuka, artinya berpeluang dicapai oleh banyak orang, terutama mereka yang tidak potensial memperoleh ascribed status yang tinggi.

3. Status yang diberikan (assigned status)
Status yang diberikan (assigned status) adalah status sosial yang diperoleh seseorang karena mandat atau pemberian orang lain. Mandat tersebut dilaksanakan dengan baik sehingga dianggap berjasa oleh masyarakat atau setidaknya oleh pemberi mandat. Sebagai contoh, panglima besar Jenderal Sudirman, diberi mandat oleh Bung Karno untuk memimpin perang gerilya melawan Belanda. Jasanya pada bangsa membawa dirinya berhak memperoleh gelar pahlawan. Sang jenderal memperoleh assigned status yang tinggi sebagai pahlawan nasional karena jasanya.

4. Status simbol (symbolic status)
Status simbol (symbolic status) adalah status yang diperoleh seseorang karena simbol-simbol yang dimiliki atau dikenakannya. Biasanya status jenis ini diperagakan dalam kehidupan keseharian. Sebagai contoh, seorang pejabat kemana-mana naik sepeda onthel, menunjukkan statusnya yang sederhana. Seorang mahasiswa pakai jam tangan sport mahal akan dipandang sebagai orang dari kelas atas. Cara berpakaian, rumah, dan tempat yang dikunjungi juga bisa menjadi status simbol seseorang.

5. Status aktif (active status)
Status aktif (active status) adalah status yang sedang miliki seseorang pada kurun waktu tertentu. Status aktif menunjukkan bahwa ada status lain yang tidak aktif disaat bersamaan. Sebagai contoh, ketua RT yang merangkap sebagai guru SD. Ketika berada di depan kelas, ia memperoleh status sebagai seorang guru. Ketika di kampung, ia dipanggil pak atau bu RT. Tetangganya tentu saja tidak datang ke rumahnya untuk belajar, melainkan untuk minta stempel RT.

6. Status laten (latent status)
Status laten (latent status) adalah kebalikan dari status aktif. Status laten disebut juga status pasif atau diam karena status lain sedang aktif. Misalnya mahasiswa yang merangkap sebagai kader partai politik. Saat di kampus ia mengerjakan tugas kuliah sebagaimana mahasiswa lainnya. Statusnya sebagai mahasiswa aktif. Sedangkan status latennya adalah kader partai. Kadang ia menjelma menjadi kader dengan cara diam-diam mengampanyekan partainya lewat tulisan atau pilihan organisasi kemahasiswaannya.

D. Dampak Status Sosial

Dampak adanya status sosial di masyarakat akan terlihat dengan istilah simbol status atau penggunaan-penggunaan simbol tertentu yang melambangkan atau menunjukkan status sosialnya di masyarakat. Simbol status merupakan status yang dimiliki oleh seseorang karena kepemilikan barang-barang yang bersifat materi dan antara lain dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari.
1. Cara berpakaian, dalam berpakaian antara orang kaya dengan orang miskin tentu akan berbeda jenis dan bahan yang digunakannya. Orang kaya cenderung berbusana dengan mengenakan mode-mode yang sedang tren dan dari bahan-bahan yang mahal.
2. Cara bergaul, dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, umumnya orang-orang bergaul hanya dengan orang-orang yang sederajat dengan dirinya. Kelompok petani dengan kelompok pengusaha tentu akan berbeda cara bergaulnya.
3. Cara mengisi waktu senggang, dalam mengisi waktu senggang, orang kaya biasanya melakukan berbagai aktivitas yang memerlukan banyak biaya, misalnya bermain golf atau berlibur ke luar negeri.
4. Bentuk rumah dan perabotannya, orang yang membuat rumah dengan desain mewah dan menghiasinya dengan berbagai barang yang mahal harganya menunjukkan bahwa orang tersebut adalah orang kaya.
5. Gelar yang dimiliki, dewasa ini gelar akademik yang dimiliki seseorang, juga dapat menjadi simbol status, karena gelar ini akan menjadi faktor pembeda di antara sesamanya. Gelar akademik yang dimiliki seseorang, akan mendapatkan penilaian yang lebih dalam pandangan masyarakat. Hal ini karena masyarakat masih memandang bahwa gelar yang diperoleh melalui jalur akademik telah memenuhi berbagai persyaratan dari disiplin ilmu yang telah dipelajarinya. Dampak negatifnya, banyak orang yang hanya mengejar gelarnya saja tanpa memerhatikan kualitas dari pendidikannya tersebut.


Dari berbagai sumber

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment