Pengertian Disosiasi Pikiran (hipnotik fenomena)
Disosiasi Pikiran (hipnotik fenomena) |
Pengertian Disosiasi Pikiran
Disosiasi secara harfiah artinya terpisah. Disosiasi adalah fenomena hipnotik di mana satu bagian dari aspek fisik atau mental seseorang mengalami kejadian atau beroperasi independen dan terpisah dari bagian lainnya.
Fenomena disosiasi terjadi ketika pikiran seseorang terbagi menjadi beberapa proses yang berbeda dan berdiri sendiri, misal gambar mental yang terpisah dari emosinya, atau, dalam kondisi ekstrem, bisa terjadi dua atau lebih Bagian Diri (Ego Personality) yang aktif dalam satu pikiran yang sama.
Disosiasi Menurut Para Ahli
1. O’Hanlon (1987) menggambarkan disosiasi sebagai pemisahan kondisi sadar dan nirsadar atau sebagai pemisahan emosi dari pikiran, perilaku, dan perasaan.
2. Hilgard (1977) mendefinisikan disosiasi sebagai proses mental di mana sistem ide terpisah dari kepribadian normal dan beroperasi secara independen.
3. Bartis dan Zamansky (1986) memandang disosiasi sebagai fenomena penting yang menjadi dasar pengalaman hipnotik yang dialami seseorang.
Salah satu contoh fenomena hipnotik yang didasari disosiasi adalah amnesia. Amnesia adalah satu kondisi di mana informasi tidak dapat diingat karena dipegang atau disimpan oleh satu Bagian Diri yang terdisosiasi sehingga tidak bisa diakses oleh Bagian Diri yang lain. Demikian pula fenomena lainnya seperti halusinasi.
Disosiasi yang terjadi pada tubuh adalah satu cara penting untuk mengendalikan rasa sakit dan merupakan dasar untuk menghasilkan anestesi mental (Kroger, 1963).
Satu aspek penting disosiasi yaitu bagian-bagian yang terdisosiasi sifatnya otonom atau semiotonom di mana mereka berfungsi secara mandiri, dalam derajat tertentu, terhadap bagian lainnya.
Disosiasi terjadi secara alamiah baik dengan atau tanpa kondisi hipnosis/trance. Penting untuk disadari bahwa disosiasi adalah mekanisme mental yang dapat digunakan baik untuk hal yang produktif maupun kontraproduktif.
Umumnya disosiasi dihubungkan dengan gangguan mental seperti kepribadian yang terpecah / DID (dissociative identitiy disorder), disosiasi afek (tidak ada perasaan yang terhubung dengan sebuah memori atau kejadian), fugue disosiatif, amnesia dan represi yang diperkuat disosiasi yang menghambat seseorang untuk mengingat masa lalu.
Disosiasi sebenarnya sangat bermanfaat. Setiap orang pasti mengalami disosiasi secara normal dan sehat sebagai bagian penting dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Sebagai contoh, saat sedang fokus mengerjakan hal penting, kita secara normal dan alamiah melakukan dan mengalami disosiasi sehingga tidak mengingat atau lupa akan hal-hal yang membuat diri kita cemas atau khawatir. Saat sedang asyik nonton film kita tidak mendengar suara telpon yang berdering agar dapat benar-benar fokus dan menikmati filmnya.
Saat jalan dan melangkahkan kaki, kita juga mengalami disosiasi. Kita tidak perlu secara sadar dan sengaja (asosiasi) mengendalikan langkah kaki agar dapat berjalan. Justru berjalan akan menjadi sulit saat kita secara sengaja mengatur langkah kaki dan gerakan tubuh.
Saat sistem pilot otomatis kita aktif, kita menggunakan disosiasi secara adaptif untuk menjalani hidup. Dalam studi literatur yang ia lakukan, Uneståhl (1988) melaporkan bahwa riset berulang kali menemukan bahwa 90% hingga 95% hidup kita dijalankan secara otomatis.
Sumber. https://adiwgunawan.com
Download
Post a Comment