Pengertian Kemandirian, Aspek, Ciri, Tujuan, Faktor, dan Bentuknya

Pengertian Kemandirian
Kemandirian
A. Pengertian Kemandirian
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kemandirian memiliki pengertian hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dalam psikologi, kemandirian diartikan sebagai sifat kepribadian di mana seseorang secara konsisten memilih untuk bertindak berdasarkan pikiran dan perasaannya sendiri daripada mengambil pandangan orang lain. Salah satu ciri seseorang yang memiliki sikap kemandirian yaitu bisa menentukan nasib sendiri, sikap dan tindakan yang dilakukan berdasarkan kehendak sendiri dan bukan karena orang lain atau tergantung pada orang lain.

Kemandirian menjadi salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu. Individu yang mempunyai kemandirian tinggi relatif bisa menghadapi segala permasalahan sebab individu yang mandiri tidak akan tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada. Berikut beberapa pengertian kemandirian menurut para ahli di antaranya,
1. Kartini Kartono (1985:21), kemandirian seseorang akan tampak ketika orang tersebut menghadapi masalah. Jika masalah tersebut bisa diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tua dan akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk mandiri.
2. Masrun (1986:8), kemandirian dapat didefinisikan sebagai suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan suatu hal atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri, tanpa adanya dari orang lain, berpikir dan bertindak original/kreatif, serta penuh inisiatif, bisa mempengaruhi lingkungan, memiliki rasa percaya diri dan mendapatkan kepuasan dari usahanya.
3. Steinberg dan Lerner (dalam Desmita, 2016), kemandirin merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri dan merupakan bagian dari pencapaian kemandirian pada remaja. Kemandirian remaja ditunjukkan dengan bertingkah laku sesuai keinginannya, mengambil keputusan sendiri, dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah lakunya sendiri.
4. McDougal (dalam Ali dan Asrori, 2015), mengatakan bahwa kemandirian merupakan konformitas khusus, yang berarti suatu konformitas terhadap kelompok yang terinternalisasi. Lebih lanjut ditegaskan bahwa setiap individu selalu berkonformitas, dan yang membedakan konformitas antara idividu satu dengan lainnya adalah variabel kelompok rujukan yang disukainya.
5. Mohammad (dalam Maulani, 2013), kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting bagi individu. Individu yang memiliki kemandirian tinggi relatif mampu menghadapi segala permasalahan karena tidak tergantung pada orang lain, selalu berusaha menghadapi dan memecahkan masalah yang ada.
6. Brawer dalam Chabib Toha (1993:121), kemandirian adalah suatu perasaan otonomi, sehingga pengertian perilaku mandiri adalah suatu kepercayaan diri sendiri, dan perasaan otonomi diartikan sebagai perilaku yang terdapat dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dan dorongan dari dalam diri seseorang yang timbul karena kekuatan dorongan dari dalam tidak karena terpengaruh oleh orang lain.

B. Aspek-aspek Kemandirian
Aspek kemandirian dari Steinberg dan Lerner (dalam Desmita, 2016) di antaranya,
1. Kemandirian Emosional (Emotional Autonomy), yakni aspek kemandirian yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antarindividu, seperti hubungan emosional peserta didik dengan guru atau dengan orangtuanya
2. Kemandirian Tingkah Laku (Behavioral Autonomy), yakni suatu kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab
3. Kemandirian Nilai (Value Autonomy), yakni kemampuan memaknai seperangkat prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting dan apa yang tidak penting.

C. Ciri Kemandirian
Menurut Mustafa (1982:90)
1. Mampu menentukan nasib sendiri, artinya semua sikap dan tindakan yang sekarang atau yang akan datang dilakukan berdasarkan kehendak sendiri dan bukan karena orang lain atau tergantung pada orang lain.
2. Mampu mengendalikan diri, artinya adanya kontrol diri yang kuat dalam segala tindakan, mampu beradaptasi dengan lingkungan atas usaha dan mampu memilih jalan hidup yang baik dan benar.
3. Bertanggungjawab, artinya kesadaran yang ada dalam diri seseorang bahwa setiap tindakan akan berpengaruh terhadap orang lain dan dirinya sendiri. Selain itu, bertanggungjawab dalam melaksanakan segala kewajiban baik itu belajar maupun melakukan tugas –tugas rutin.
4. Kreatif dan inisiatif, kemampuan berpikir dan bertindak secara kreatif dan inisiatif sendiri dalam menghasilkan ide –ide baru.
5. Mengambil keputusan dan mengatasi masalah sendiri, mempunyai pemikiran, pertimbangan, pendapat sendiri dalam mengambil keputusan yang bisa mengatasi masalah sendiri, serta berani menghadapi resiko terlepas dari pengaruh atau bantuan dari pihak lain.

Menurut Parker (2005: 233)
1. Tanggungjawab, artinya mempunyai tugas untuk menyelesaikan sesuatu dan diminta pertanggungjawaban atas hasil kerjanya.
2. Indepedensi, artinya kondisi di mana seseorang tidak tergantung pada otoritas dan tidak membutuhkan arahan dari orang lain, indepedensi juga mencakup ide adanya kemampuan mengurus diri sendiri dan menyelesaikan masalah sendiri.
3. Otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan sendiri, artinya kemampuan menentukan arah sendiri (self determination) berarti mampu mengendalikan atau mempengaruhi apa yang akan terjadi kepada dirinya sendiri.

D. Tujuan Kemandirian
1. Menumbuhkan rasa percaya diri, melalui penerapan pola hidup mandiri, secara tidak langsung akan melatih rasa percaya diri seseorang. Ia jadi terbiasa mengandalkan diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Rasa percaya diri sangat  dibutuhkan di lingkungan pekerjaan dan proses sosial kamu kelak.
2. Punya kemampuan menganalisis, ketika seseorang sudah terbiasa hidup mandiri, maka ia akan mempunyai kemampuan untuk menganalisis suatu keadaan dengan mudah. Seiring berjalannya waktu, untuk setiap keputusan yang akan ia ambil, ia pasti memikirkan dulu akibat apa saja yang berpotensi timbul di kemudian hari.
3. Menjadi pribadi yang bertanggung jawab, hidup mandiri menuntut seseorang untuk bisa mengambil keputusan. Secara tidak langsung ia juga dituntut untuk bertanggung jawab atas keputusan itu. Ia tidak boleh menimpakan tanggungjawab pada orang lain. Hidup mandiri dapat membentukmu menjadi pribadi yang selalu bertanggung jawab.
4. Mengembangkan daya tahan mental, kemandirian membuat seseorang menjadi orang yang tahan banting ketika sedang mengalami masalah dalam kehidupan. Semua permasalahan yang ia hadapi justru membuat kamu semakin kuat dalam menjalani hidup.
5. Selalu berpikir kreatif, hidup mandiri menuntut seseorang untuk berpikir kreatif sebab apa pun yang ia hadapi harus ia selesaikan sendiri dengan tuntas. Perlahan-lahan ia pun menjadi terbiasa berpikir kreatif untuk keluar dari setiap permasalahan dan menyelesaikannya dengan baik.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Menurut Ali dan Asrori (2015)
1. Gen atau keturunan orang tua, orang tua yang memiliki sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian juga. Namun, faktor keturunan ini masih menjadi perdebatan karena ada yang berpendapat bahwa sesungguhnya bukan sikap kemandirian orang tuanya itu menurun kepada anaknya, melainkan sifat orang tuanya muncul berdasarkan cara orang tua mendidik anaknya.
2. Pola asuh orang tua, cara orang tua mengasuh atau mendidik anak akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak remajanya. Orang tua yang terlalu banyak melarang atau mengeluarkan kata “jangan” kepada anak tanpa disertai dengan penjelasan yang rasional akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Sebaliknya, orang tua yang menciptakan suasana aman dalam interaksi keluarganya akan dapat mendorong kelancaran perkembangan anak. Demikian juga, orang tua yang cenderung sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya juga akan berpengaruh kurang baik terhadap perkembangan kemandirian anak.
3. Sistem pendidikan di sekolah, proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan cenderung menekankan indoktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat perkembangan kemandirian remaja. Demikian juga, proses pendidikan yang banyak menekankan pentingnya pemberi sanksi atau hukuman (punishment) juga dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, proses pendidikan yang lebih menekankan pentingnya penghargaan terhadap potensi anak, pemberian reward, dan penciptaan kompetisi positif akan memperlancar perkembangan kemandirian remaja.
4. Sistem kehidupan di masyarakat, sistem kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hierarki struktur sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran perkembangan kemandirian remaja. Sebaliknya, lingkungan masyarakat yang aman, menghargai ekspresi potensi remaja dalam bentuk berbagai kegiatan, dan tidak terlalu hierarkis akan merangsang dan mendorong perkembangan kemandirin remaja.

Menurut Hurlock
1. Pola asuh orang tua, orang tua dengan pola asuh yang demokratis sangat merangsang kemandirian anak. Di mana peran orang tua sebagai pembimbing yang memperhatikan terhadap kebutuhan anak terutama dalam hal studi dan pergaulan di lingkungan atau di sekolah.
2. Jenis kelamin, anak yang berkembangan dengan pola tingkah laku maskulin, lebih mandiri dari pada anak yang mengembangkan tingkah laku yang feminim.
3. Urutan posisi anak, anak pertama yang diharapkan untuk menjadi contoh teladan bagi adiknya, lebih berpeluang untuk mandiri. Sementara anak bungsu yang mendapat perhatian berlebihan dari orang tua dan kakak-kakaknya, berpeluang kecil untuk bisa mandiri (Hurlock, 1980).

Menurut Markum (1985)
1. Kebiasaan serba di bantu atau dilayani, misalnya orang tua yang selalu melayani keperluan anaknya seperti mengerjakan PR-nya, hal ini akan membuat anak manja dan tidak mau berusaha sendiri, sehingga membuat anak tidak mandiri.
2. Sikap orang tua, misalnya orang tua yang selalu memanjakan dan memuji anak akan menghambat kemandirian.
3. Kurangnya kegiatan di luar rumah, misalnya anak tidak mempunyai kegiatan dengan teman-temannya, hal ini akan membuat anak bosan sehingga ia menjadi malas dan tidak kreatif serta tidak mandiri.

F. Bentuk Kemandirian
Menurut Masrun (dalam Widayatie, 2009:19)
1. Tanggung jawab, artinya seseorang memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab, menyelesaikan suatu tugas, mempertanggungjawabkan hasil kerjanya, menjelaskan peranan baru, serta berpegang teguh pada prinsip tentang apa yang benar dan salah dalam berpikir dan bertindak.
2. Otonomi, ditunjukkan dengan mengerjakan tugas sendiri, yaitu suatu kondisi yang ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri dan bukan orang lain dan tidak tergantung pada orang lain dan mempunyai rasa percaya diri dan kemampuan mengurus diri sendiri.
3. Inisiatif, ditunjukkan dengan kemampuan berpikir dan bertindak secara kreatif.
4. Kontrol diri, kontrol diri yang kuat ditunjukkan dengan pengendalian tindakan dan emosi mampu mengatasi masalah dan kemampuan melihat sudut pandang orang lain.

Menurut Robert Havighurst
1. Kemandirian emosi, ialah kemampuan mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.
2. Kemandirian ekonomi, ialah kemampuan mengatur kegiatan ekonomi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi kepada orang lain.
3. Kemandirian intelektual, ialah kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
4. Kemandirian sosial, ialah kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.


Dari berbagai sumber

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment for "Pengertian Kemandirian, Aspek, Ciri, Tujuan, Faktor, dan Bentuknya"