Pengertian Etos Kerja, Aspek, Fungsi, Prinsip, Ciri, Faktor, Cara, dan Etos Bangsa Jepang

Table of Contents
Pengertian Etos Kerja
Etos Kerja

A. Pengertian Etos Kerja

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Sementara kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan.

Demikian, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) etos kerja memiliki pengertian semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Etos kerja merupakan sikap yang muncul atas kehendak dan kesadaran sendiri yang didasari oleh sistem orientasi nilai budaya terhadap kerja (Sukardewi, 2013:3). Sikap ini tidak saja dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya (Tasmara, 2002:15).

Pengertian Etos Kerja Menurut Para Ahli
1. Sinamo, merupakan suatu konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini seseorang atau juga kelompok ialah sebagai baik dan juga benar yang diwujudkan dengan melalui perilaku kerja mereka dengan secara khas.
2. Panji Anoraga, adalah pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat terhadap kerja, oleh karena itu menimbulkan pandangan dan sikap yang menghargai kerja sebagai suatu yang luhur, sehingga diperlukan dorongan atau motivasi.
3. Madjid, ialah karakteristik dan sikap, kebiasaan, serta kepercayaan dan seterusnya yang bersifat khusus tentang seseorang individu atau sekelompok manusia.
4. Harsono dan Santoso, ialah semangat kerja yang dilandasi oleh nilai-nilai atau norma-norma tertentu.
5. Sukriyanto, sebagai semangat kerja yang dimiliki oleh masyarakat agar mampu bekerja lebih baik yang bertujuan untuk memperoleh nilai hidup mereka.
6. Toto Tasmara, merupakan sebuah totalitas kepribadian diri dan juga cara bagaimana mengekspresikan, memandang, meyakini serta juga memberikan makna terhadap sesuatu hal, yang mendorong dirinya untuk bertindak serta juga meraih amal yang optimal (high performance).
7. Max Weber, ialah perilaku kerja yang etis dan menjadi kebiasaan kerja yang berporos pada etika.
8. Petty, sebagai karakteristik yang harus ada pada setiap pekerja untuk dapat menghasilkan pekerjaan yang maksimal yang terdiri dari keahlian interpersonal, inisiatif, dan dapat diandalkan.
9. Tamara, etos kerja adalah sikap pada ketepatan waktu, kejujuran, komitmen, kuat pendirian, disiplin, percaya diri, tanggung jawab, kreatif, dan komitmen yang kuat pada diri sendiri.
10. Tanjung, menggambarkan pengertian etos kerja sebagai jiwa atau watak seseorang dalam melakukan tugasnya yang dipancarkan keluar.
11. Geertz, merupakan suatu sikap mendasar terhadap diri serta dunia yang dipancarkan oleh hidup.
12. Mydral, terdapat 12 (dua belas) etos kerja yang dianggap sangat penting di dalam menyukseskan pembangunan, yakni efisien, kejujuran, sikap tepat waktu, kesederhanaan, kerajinan, mengikuti rasio dalam mengambil keputusan dan tindakan, sikap bekerja sama, sikap bersandar pada kekuatan sendiri, sikap mau bekerja sama, kesediaan untuk berubah, kecepatan dalam menggunakan kesempatan, kesediaan memandang jauh ke depan.
13. Ndra, merupakan waktu atau juga semangat yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan atau juga perilaku suatu kelompok masyarakat.
14. Usman Pelly, merupakan suatu sikap yang muncul atas kemauan serta juga kesadaran sendiri yang didasari sistem orientasi nila budaya terhadap suatu pekerjaan seseorang.
15. Tabrani Rusyan, etos kerja adalah penggairah untuk aktivitas yang ada, mendorong untuk melakukan perbuatan, menggerakan motivasi dalam menentukan cepat atau lambatnya pekerjaan

B. Aspek Etos Kerja

1. Keahlian Interpersonal
Keahlian interpersonal ialah aspek yang berhubungan dengan hubungan kerja dengan orang lain atau menjelaskan bagaimana pekerja berhubungan dengan pekerja lain di lingkungan kerjanya. Keahlian interpersonal ini mencakup kebiasaan, sikap, cara, penampilan serta perilaku yang ada pada individu saat berada di sekitar orang lain juga mempengaruhi bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan orang lain.

Beberapa hal yang digunakan untuk mengetahui keahlian interpersonal seorang pekerja adalah mencakup karakteristik pribadi yang dapat memfasilitasi terbentuknya hubungan interpersonal yang baik serta dapat memberikan kontribusi dalam kinerja kerja seseorang. Menurut Petty (1993), ada 17 sifat yang bisa menggambarkan keahlian interpersonal seorang pekerja yaitu sopan, loyal, kerja keras, bersahabat, gembira, perhatian, menyenangkan, kerjasama, sabar, menolong, disenangi, tekun, rapi, apresiatif, rendah hati, emosi yang stabil, dan berkemauan keras.

2. Inisiatif
Inisiatif ialah karakteristik yang mampu menjembatani seseorang agar terdorong untuk lebih meningkatkan kinerjanya serta tidak langsung merasa puas dengan kinerjanya yang biasa. Aspek ini sangat sering dihubungkan dengan situasi di lingkungan kerja yang tidak lancar. Hal-hal seperti penundaan pekerjaan, hasil kerja yang kurang, kehilangan kesempatan sebab tidak dimanfaatkan dengan baik serta kehilangan pekerjaan, bisa muncul apabila individu tidak memiliki inisiatif dalam bekerja.


Menurut Petty ada 16 sifat yang mampu menggambarkan inisiatif seorang pekerja yaitu cerdik, produktif, akurat, teliti, memliki ide, berinisiatif, ambisius, efisien, mandiri, efektif, antusias, gigih, dedikasi, daya tahan kerja, akurat, teliti, mandiri, mampu beradaptasi, dan teratur.

3. Dapat Diandalkan
Dapat diandalkan merupakan aspek yang berkaitan dengan adanya harapan terhadap hasil kerja seorang pekerja serta merupakan suatu perjanjian implisit pekerja untuk melaksanakan beberapa fungsi dalam kerja. Seorang pekerja diharapkan mampu memuaskan harapan paling rendah perusahaan, tanpa perlu terlalu berlebihan seperti melakukan pekerjaan yang bukan tugasnya. Aspek ini ialah salah satu hal yang sangat diinginkan oleh pihak perusahaan terhadap pekerjanya.

Paling tidak ada 7 hal yang mampu menggambarkan seorang pekerja yang dapat diandalkan menurut Petty, yaitu mengikuti petunjuk, mematuhi peraturan, jujur, dapat diandalkan, dapat dipercaya, berhati-hati, dan tepat waktu.

C. Fungsi Etos Kerja

1. Sebagai pendorong timbulnya perbuatan
2. Sebagai penggairah dalam aktivitas
3. Sebagai penggerak

D. Prinsip Etos Kerja

1. Kerja adalah ibadah
2. Kerja adalah amanah
3. Kerja adalah amal saleh
4. Kerja keras harus halal

E. Ciri-ciri Etos Kerja

1. Kecanduan terhadap waktu, adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu.
2. Memiliki moralitas yang bersih (ikhlas), sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dirinya melayani, melainkan juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap yang bersih.
3. Memiliki kejujuran, kejujuran bukanlah sebuah keterpaksaan, melainkan sebuah panggilan dari dalam sebuah keterikatan.
4. Memiliki komitmen, adalah keyakinan yang mengikat sedemikian kukuhnya sehingga terbelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu yang diyakininya. Kuat pendirian (konsisten), adalah suatu kemampuan untuk bersikap taat asas, pantang menyerah, dan mampu mempertahankan prinsip walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Kerja

1. Agama, pada dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai yang akan sangat mempengaruhi atau juga yang menentukan pola hidup para penganutnya. Mulai dari berpikir, bersikap serta juga bertindak seseorang itu tentu dipengaruhi oleh ajaran agama yang dianutnya apabila seseorang itu sungguh-sungguh dalam menjalankan agamanya.
2. Budaya, sikap mental, tekad, disiplin, serta juga semangat kerja masyarakat disebut juga ialah sebagai etos budaya dan dengan secara operasional etos budaya ini juga disebut dengan sebutan etos kerja. Kualitas etos kerja itu juga ditentukan oleh sistem orientasi nilai pada budaya masyarakat yang bersangkutan.
3. Sosial Politik, tinggi rendahnya etos kerja pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau juga tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bisa bekerja keras dan juga bisa menikmati hasil kerja keras dengan penuh.
4. Kondisi Lingkungan, lingkungan alam yang mendukung dalam mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha guna bisa mengelola serta juga mengambil manfaat, dan juga bahkan dapat untuk mengundang pendatang untuk dapat turut mencari penghidupan di lingkungan tersebut.
5. Pendidikan, etos kerja ini tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan pada sumber daya manusia itu akan membuat seseorang mempunyai etos kerja keras.
6. Struktur Ekonomi, tinggi rendahnya etos kerja pada suatu masyarakat ini juga dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi, yang bisa memberikan insentif bagi anggota masyarakat supaya bekerja keras dan juga menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
7. Motivasi Intrinsik Individu, individu yang memiliki etos kerja yang tinggi ialah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu pandangan dan juga sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini seseorang.

Selain faktor di atas terdapat faktor lain yang mempengaruhi etos kerja di antaranya,
1. Usia, menurut hasil penelitian, pekerja yang memiliki usia di bawah 30 tahun memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada pekerja yang berusia diatas 30 tahun. Meskipun tidak selalu diartikan demikian, akan tetapi banyak penelitian yang mengatakan bahwa usia sangat mempengaruhi kinerja atau etos kerja seseorang
2. Jenis kelamin, menurut penelitian Boatwright dan Slate (2000), wanita memiliki etos kerja yang lebih tinggi daripada pria meskipun secara fisik mungkin tidak sekuat pria.
3. Latar belakang pendidikan, menurut penelitian Boatwright dan Slate (2000) mengungkapkan bahwa etos kerja paling tinggi dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan S1 dan paling rendah dimiliki oleh pekerja dengan latar belakang pendidikan SMU.
4. Lama bekerja, menurut hasil penelitian, mengungkapkan bahwa pekerja yang telah bekerja selama 1-2 tahun mempunyai etos kerja yang lebih tinggi daripada pekerja yang bekerja di bawah 1 tahun. Karena bagaimana pun pekerja dengan pengalaman kerja yang lebih lama sangat mempengaruhi kinerja dan etos kerjanya dibandingkan pekerja yang fresh graduate atau pekerja dengan sedikit pengalaman kerja.

G. Cara Menumbuhkan Etos Kerja

1. Tekankan bekerja dengan ikhlas dan syukur
2. Bekerja dengan rasa tanggung jawab
3. Bekerja dengan tekun
4. Bekerja dengan Cinta

H. Etos Kerja Jepang

Salah satu jenis etos kerja dari sebuah negara yang perlu ditiru adalah etos kerja milik orang-orang yang tinggal di Jepang. Orang Jepang memang terkenal dalam etos kerja yang baik dan penuh akan etika yang sopan serta berkualitas. Berikut ini etos kerja yang bisa anda tiru dari orang Jepang di antaranya,
1. Bushido, adalah cara bekerja yang tampak atau berprinsip seperti seorang kesatria atau pahlawan. Walau terdengar kuno, namun di Jepang masih cukup banyak orang yang menggunakan prinsip ini sebagai dasar etos kerja yang mereka lakukan. Pada masa ini etos kerja seperti ini memang masih cukup efektif. Cara menerapkan etos kerja ini di antaranya,
a. Menghargai orang tua, menurut orang Jepang, orang tua merupakan pusat atau hal yang penting agar sikap kesatria bisa diterapkan. Sehingga ketika keberhasilan seseorang dalam bekerja atau berkarir akan menjadi buruk jika tidak menghargai orang tua. Jadi, orang Jepang akan selalu kembali ke orang tua walau sibuknya pekerjaan yang ada.
b. Setia untuk setiap janji, kategori setia di sini yang terutama adalah untuk janji pada sebuah pekerjaan yang orang Jepang lakukan. Ini adalah cara dalam menumbuhkan profesionalitas yang ada agar pekerjaan yang dilakukan dapat berjalan baik dan bisa diterapkan pada kehidupan pribadi masing-masing orang.
c. Optimis, sikap orang jepang adalah optimis ketika menerapkan etos kerja ini, karena menurut orang Jepang ketika memiliki sikap optimisme maka segala pekerjaan yang dilakukan akan dekat dengan tujuan yang diinginkan.

2. Ganbatte, kata ini memang sudah cukup populer dan banyak digunakan untuk membakar semangat atau bisa juga memotivasi untuk melakukan hal terbaik. Etos kerja ini biasanya sudah ditanamkan sejak masih duduk di bangku sekolah sehingga melekat cukup kuat untuk orang Jepang. Ini bisa anda lihat pada saat orang Jepang bekerja, rasa malu akan tumbuh jika pulang kantor lebih cepat dari rekan kerja di kantor. Cara menerapkannya:
a. Memiliki tekad untuk mengejar sesuatu hingga kemampuan terakhir. Kerja keras merupakan hal yang cukup menjadi keharusan bagi orang Jepang. Hal ini memicu agar masing-masing orang Jepang memiliki tekad untuk berlatih hingga mampu walau proses yang dituju cukup lama dan banyak rintangan.
b. Target besar dimulai dari hal kecil. Pada penerapan ini, bisa anda pahami bahwa ketika ingin sesuatu maka harus memiliki target yang besar. Kemudian carilah langkah-langkah yang dapat mewujudkan target tersebut agar kehidupan menjadi lebih baik.

3. Kaizen, kaizen memiliki makna yang sangat baik yaitu pengembangan dan perbaikan secara berterus pada diri orang Jepang dan anda, hal ini bisa sangat membantu dalam membuat pekerjaan atau bisnis pada masing-masing menjadi lebih kuat. Prinsip etos kerja ini penting agar membantu masing-masing orang menjadi orang yang berkarakter baik. Pada dasarnya untuk etos kerja Kaizen terdapat beberapa hal yang patut untuk selalu ditingkatkan dan dipelajari terus menerus. Seperti membuat standar diri agar dapat melakukan aktivitas secara rutin. Mencari inovasi terbaru yang dapat membakar semangat agar tindakan lebih efisien juga merupakan hal yang perlu anda lakukan sesuai cara kaizen. Berikut ini cara menerapkannya:
a. Evaluasi dan Perbaiki. Penerapan untuk hal ini adalah memperhatikan hal yang terkecil hingga hal yang paling besar untuk pengembangan diri.
b. Komitmen Pada Waktu. Hal ini merupakan yang cukup sulit bagi orang Indonesia lakukan, poin ini juga yang membuat masyarakat Indonesia perlu meniru orang Jepang. Waktu adalah sesuatu yang sangat penting bagi orang Jepang untuk kesuksesan.
c. Melakukan langkah kecil agar efektif dan efisien. Ini adalah cara agar menghindari diri dari masalah yang selalu datang, seperti keterlambatan atau permasalahan lainnya.


Dari berbagai sumber

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment