Pengertian Cultural Shock, Tingkatan, Cara Menangani, dan Kejutan Balik

Table of Contents
Pengertian Cultural Shock
Cultural Shock

A. Pengertian Cultural Shock

Cultural shock atau kejutan budaya atau sering juga disebut gegar budaya merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kegelisahan dan perasaan (terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing. Perasaan ini timbul akibat kesukaran dalam asimilasi kebudayaan baru yang menyebabkan seseorang sulit mengenali apa yang wajar dan tidak wajar. Sering kali perasaan ini digabung dengan kebencian moral atau estatik yang kuat mengenai beberapa aspek dari budaya yang berlainan atau budaya baru tersebut.

Istilah culture shock pertama kali diperkenalkan pada tahun 1954 oleh tokoh antropologis Kalvero Oberg. Menurutnya, culture shock didefinisikan sebagai kegelisahan yang mengendap yang muncul dari kehilangan semua lambang dan simbol yang familiar dalam hubungan sosial, termasuk di dalamnya seribu satu cara yang mengarahkan kita dalam situasi keseharian, misalnya: bagaiman untuk memberi perintah, bagaimana membeli sesuatu, kapan dan di mana kita tidak perlu merespon.

Deddy Mulyana lebih mendasarkan cultural shock sebagai benturan persepsi yang diakibatkan penggunaan persepsi berdasarkan faktor-faktor internal (nilai-nilai budaya) yang telah dipelajari orang yang bersangkutan dalam lingkungan baru yang nilai-nilai budayanya berbeda dan belum ia pahami. Di indonesia cultural shock sering disebut dengan istilah gegar budaya di mana seseorang mengalami goncangan perasaan (kecemasan) yang diakibatkan oleh perbedaan nilai kebudayaan baru yang tidak sesuai dengan pola nilai kebudayaan yang sudah dianutnya sejak lama.

Kejutan budaya merupakan bagian penelitian dalam komunikasi antara budaya. Saat ini sebagian peneliti menunjukkan bahwa kejutan budaya memberikan banyak keuntungan, seperti meningkatkan jati diri seseorang dan membantu meningkatkan motivasi diri.

B. Tingkat-tingkat Culture Shock (u-curve)

Tingkat Culture Shock atau u-curve
Tingkat Culture Shock atau u-curve
Meskipun ada berbagai variasi reaksi terhadap culture hock, dan perbedaan jangka waktu penyesuaian diri, sebagian besar literatur menyatakan bahwa orang biasanya melewati 4 tingkatan culture shock. Keempat tingkatan ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva u, sehingga disebut u-curve
1. Fase optimistik, fase pertama yang digambarkan berada pada bagian kiri atas dari kurva U. Fase ini berisi kegembiraan, rasa penuh harapan, dan euphoria sebagai antisipasi individu sebelum memasuki budaya baru
2. Masalah kultural, fase kedua di mana masalah dengan lingkungan baru mulai berkembang, misalnya karena kesulitan bahasa, sistem lalu lintas baru, sekolah baru, dll. Fase ini biasanya ditandai dengan rasa kecewa dan ketidakpuasan. Ini adalah periode krisis dalam culture shock. Orang menjadi bingung dan tercengang dengan sekitarnya, dan dapat menjadi frustrasi dan mudah tersinggung, bersikap permusuhan, mudah marah, tidak sabaran, dan bahkan menjadi tidak kompeten
3. Fase recovery, fase ketiga di mana orang mulai mengerti mengenai budaya barunya. Pada tahap ini, orang secara bertahap membuat penyesuaian dan perubahan dalam caranya menanggulangi budaya baru. Orang-orang dan peristiwa dalam lingkungan baru mulai dapat terprediksi dan tidak terlalu menekan
4. Fase penyesuaian, fase terakhir, pada puncak kanan U, orang telah mengerti elemen kunci dari budaya barunya (nilai-nilai, adat khusus, pola komunikasi, keyakinan, dll). Kemampuan untuk hidup dalam 2 budaya yang berbeda, biasanya juga disertai dengan rasa puas dan menikmati. Namun beberapa ahli menyatakan bahwa, untuk dapat hidup dalam 2 budaya tersebut, seseorang akan perlu beradaptasi kembali dengan budayanya terdahulu, dan memunculkan gagasan tentang W curve, yaitu gabungan dari 2 U curve.

Pada sebagian kasus, tidak jarang orang tidak sanggup untuk menangani kejutan budaya. Sebagian orang tidak mampu menyerap ke dalam budaya baru dan kembali kepada budaya asal mereka, sementara sebagian yang lain menjadi begitu terpesona dengan budaya asing sehingga mereka merasakan bahwa mereka harus mengadopsinya sebagai budaya asal mereka.

Manusia secara alamiah memang merupakan makhluk yang paling pandai dan cepat untuk menyesuaikan dirinya pada suatu keadaan yang baru di bandingkan makhluk yang lain. Akan tetapi manusia memerlukan rentang waktu yang cukup untuk memposisikan dirinya dengan segala hal yang baru tersebut.

C. Menangani Kejutan Budaya

Orang yang sering bepergian cenderung untuk lebih baik dalam menangani kejutan budaya. Beberapa langkah untuk membantu seseorang mengatasi kejutan budaya di antaranya,
1. Membaca mengenai negara dan kebudayaannya tujuan sebelum berangkat.
2. Berpikir terbuka mengenai budaya yang didatangi.
3. Ambil masa istirahat atau mengasingkan diri dari pertukaran budaya untuk mengurangi kejutan sambil menyesuaikan diri.

D. Kejutan budaya balik

Kejutan budaya balik adalah kejutan budaya yang dirasakan ketika seseorang kembali ke negara asal setelah cukup lama tinggal di negara asing. Kejutan semacam ini sering menimbulkan kesan yang sama seperti digambarkan di atas.

Dari berbagai sumber

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment